KARDIOVASKULER
1. Elektrokardiogram
(EEG)
Elektrokardiogram (EEG)
merupakan suatu grafik yang dihasilkan oleh suatu elektrokardiograf. Alat ini
merekam aktivitas listrik jantung pada waktu tertentu (saat pemeriksaan).
Secara harafiah didefinisikan : “elektro” = berkaitan dengan elektronika, dan
“kardio” = berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian “gram”,
berarti tulis / menulis. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal
depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung, namun
dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya kontraktilitas jantung.
Tujuan
Kegunaan/ keuntungan menggunakan
EEG antara lain :
1. EEG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien
yang dicurigai ada infark otot jantung akut
2. EEG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung
iskemik selama uji stres jantung
3. EEG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit
bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)
4. EEG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis.
hiperkalemia dan hipokalemia)
5. EEG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis.
blok cabang berkas kanan dan kiri)
Komponen
EEG
Bagian dari alat EEG :
1. 4 (empat) buah sadapan ekstremitas, yaitu;
·
Tangan kiri (LA)
·
Tangan kanan (RA)
·
Kaki kiri (LL)
·
Kaki kanan (RL)
2. 6 (enam) buah sadapan dada yaitu V1, V2,
V3, V4, V5, V6
3. Kabel sadapan yang terdiri dari 10 elektroda
(4 buah unruk elektroda ekstremitas, dan 6 buahuntuk elektroda dada).
4. Kertas grafik EEG
Sebuah elektrokardiograf
khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan
yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EEG
berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EEG sama dengan
0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s
(200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EEG berkualitas
diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV.
Sinyal “kalibrasi” harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV
harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EEG.
Monitor EEG modern
memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang paling umum adalah mode
monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah
(juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang batas bisa
lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi
(juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas
bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EEG untuk pemonitoran irama
jantung rutin. Penyaring bernilai tinggi membantu mengurangi garis dasar yang
menyimpang dan penyaring bernilai rendah membantu mengurangi bising saluran listrik
50 atau 60 Hz (frekuensi jaringan saluran listrik berbeda antara 50 dan 60 Hz
di sejumlah negara). Dalam mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi dipasang
pada 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen ST yang akurat direkam. Penyaring
bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan
EEG mode monitor banyak tersaring daripada mode diagnostik, karena bandpassnya
lebih sempit.
5. Sadapan pada EEG
Kata sadapan memiliki
2 arti pada elektrokardiografi yaitu bisa merujuk ke kabel yang menghubungkan
sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau ke gabungan elektrode yang
membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu,
istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan
EEG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan
biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah
yang digunakan di sini.
Sebuah
elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara
sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah
sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam
yang itempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien.
·
Saat bergerak ke arah
elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan
defleksi positif di EEG di sadapan yang berhubungan.
·
Saat bergerak dari
elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan defleksi negatif
pada EEG di sadapan yang berhubungan.
·
Saat bergerak tegak lurus
ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik)
menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EEG, yang akan bernilai
positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati
(A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
·
Ada 2 jenis sadapan,
yaitu unipolar dan bipolar. EEG lama memiliki elektrode tak berbeda di tengah
segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan ‘netral’ stop kontak dinding)
di potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari “tengah” jantung yang
mengarah ke luar secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial dan
sadapan ekstremitas (VL, VR, dan VF). Sebaliknya, EEG baru memiliki kedua
elektrode itu di beberapa potensial dan arah elektrode yang berhubungan berasal
dari elektrode di potensial yang lebih rendah ke tinggi, mis., di sadapan
ekstremitas I, arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan ekstremitas
adalah I, II, dan III.
a. Sadapan Ekstremitas
Sadapan bipolar
standar (I, II, dan III) merupakan sadapan asli yang dipilih oleh Einthoven
untuk merekam potensial listrik pada bidang frontal. Elektroda-elektroda
diletakkan pada lengan kiri ( LA = Left Arm), lengan kanan (RA = Right Arm),
dan tungkai kiri (LL = Left Leg). Sifat kontak dengan kulit harus dibuat dengan
melumuri kulit dengan gel elektroda. Sadapan LA, RS, dan LL kemudian dilekatkan
pada elektroda masing-masing. Dengan memutar tombol pilihan pada alat perekam
pada 1, 2, dan 3, akan terekam sadapan standar ( I, II, dan III).
Alat elektrokardiografi
juga mempunyai elektroda, tungkai kanan (RL = Right Leg), dan sadapan yang
bertindak sebagai “arde” (ground) dan tidak mempunyai peranan dalam pembentukan
EEG.
Sadapan bipolar menyatakan
selisih potensial listrik antara 2 tempat tertentu.
·
Hantaran I =
Selisih potensial antara lengan kiri dan lengan kanan (LA-RA)
·
Hantaran II = Selisih
potensial antara tungkai kiri dan lengan kanan (LL-RA)
·
Hantaran III =
Selisih potensial antara tungkai kiri dan lengan kiri (LL-LA)
b. Sadapan Dasar
Sebuah elektrode
tambahan (biasanya hijau) terdapat di EEG 4 dan 12 sadapan modern, yang disebut
sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan di kaki kiri, meski
secara teoritis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh.
c. Sadapan Prekordial
Penempatan sadapan
prekordial yang benar. Sadapan prekordial V1 (merah), V2 (kuning), V3 (hijau),
V4 (coklat), V5 (hitam), dan V6 (ungu) ditempatkan secara langsung di dada.
Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi.
Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan
tersebut dianggap unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di
bidang horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut
sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan
V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5, dan V6 disebut
sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif
di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus menunjukkan
peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan
ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal
daripada sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi
setelah sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada
pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini
dikenal sebagai progresi gelombang R. Progresi gelombang R yang kecil bukanlah
penemuan yang spesifik, karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas
konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.
Ø
Sadapan V1
ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
Ø
Sadapan V2
ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
Ø
Sadapan V3
ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
Ø
Sadapan V4
ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah).
Ø
Sadapan V5
ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
Ø
Sadapan V6
ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
Ø
Yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan perekaman EEG antara lain :
Ø
EEG sebaiknya direkam
pada pasien yang berbaring di tempat tidur yang nyaman atau pada meja yang
cukup lebar untuk menyokong seluruh tubuh. Pasien harus istirahat total untuk
memastikan memperoleh gambar yang memuaskan. Hal ini paling baik dengan
menjelaskan tindakan terlebih dahulu kepada pasien yang takut untuk
menghilangkan ansietas. Gerakan atau kedutan otot oleh pasien dapat merubah
rekaman.
Ø
Kontak yang baik
harus terjadi antara kulit dan elektroda. Kontak yang jelek dapat mengakibatkan
rekaman suboptimal.
Ø
Alat
elektrokardiografi harus distandarisasi dengan cermat sehingga 1 milivolt (mV)
akan menimbulkan defleksi 1 cm. Standarisasi yang salah akan menimbulkan
kompleks voltase yang tidak akurat, yang dapat menimbulkan kesalahan penilaian.
Ø
Pasien dan alat harus
di arde dengan baik untuk menghindari gangguan arus bolak-balik.
Ø
Setiap peralatan
elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa infus intravena yang
diatur secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada EEG.
6. Irama Normal Pada EEG
Rekaman EEG biasanya
dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan standard 25mm/ detik dan
defleksi 10mm sesua dengan potensial 1mV
Gambaran EEG normal menunjukkan
bentuk dasar sebagai berikut :
·
Gelombang P : Gelombang ini pada
umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri.
·
Segmen PR : Segmen ini merupakan
garis iso-elektrik yang menghubungkan antara gelombang P dengan Kompleks QRS
·
Kompleks QRS : Kompleks QRS
merupakan suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil depolarisasi ventrikel
kanan dan kiri.Kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombagn Q yang
merupakan gelombang defleksi negatif pertama, gelombang R yang merupakan
gelombang defleksi positif pertama, dan gelombang S yang merupakan
gelombang defleksi negatif pertama setelah gelombang R.
·
Segmen ST : Segmen ini merupakan
garis iso-elektrik yang menghubungkan kompleks QRS dengan gelombang T
·
Gelombang T : Gelombang T merupakan
pontesial repolarisasi dari ventrikel kiri dan kanan
·
Gelombang U : Gelombang in
berukuran kecil dan sering tidak ada. Asal gelombang ini masih belum jelas.
Dalam melaporkan hasil EEG
sebaiknya mencakup hal-hal beikut :
·
Frekuensi (heart
rate)
·
Irama jantung (Rhyme)
·
Sumbu jantung (Axis)
·
Ada /tidaknya tanda tanda
hipertrofi (atrium/ventrikel)
·
Ada/tidaknya tanda
tanda kelainan mikard (iskhemi/ injuri/infark)
·
Ada/tidaknya tanda
tanda akibat gangguan lain (efek obat obatan, gangguan keseimbangan elektrolit,
gangguan fungsi pacu jantung ).
2. Monitor
Holter
Monitor Holter adalah sebuah alat
perekam, seukuran dompet kecil, yang biasanya dipakai secara rawat jalan untuk
mencatat pada pita semua detak jantung seseorang selama periode waktu tertentu, biasanya
24-48 jam. Perangkat ini memungkinkan dokter untuk mempelajari detak jantung
individu, memerhatikan apakah denyut jantung
teratur cepat terjadi (yang mungkin memerlukan terapi obat), atau melihat
apakah denyut jantung melambat ke tingkat yang sangat rendah (yang mungkin
memerlukan penempatan alat pacu jantung).
Sebuah rekaman
kontinyu dari pasien EKG selama 24 jam. Karena dapat dipakai selama kegiatan
rutin pasien sehari-hari, membantu dokter berkorelasi gejala pusing, palpitasi
(sensasi irama jantung yang cepat atau tidak teratur) atau out hitam. Sejak
rekaman mencakup 24 jam, secara terus menerus, pemantauan Holter jauh lebih
mungkin untuk mendeteksi irama jantung abnormal jika dibandingkan dengan EKG
yang berlangsung kurang dari satu menit. Hal ini juga dapat membantu
mengevaluasi pasien EKG selama episode nyeri dada, selama waktu mungkin ada
perubahan-tanda yang menunjukkan iskemia (diucapkan adalah-keem-ya) atau suplai
darah yang berkurang ke otot ventrikel
kiri.
.
3. Pemeriksaan
Stress Latihan
Pemeriksaan stress
latihan adalah merekam aktivitas kelistrikan jantung selama latihan fisik yang
berdampak terhadap peningkatan kebutruhan oksigen pada jantung. Latihan fisik yang
dilakukan pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban berjalan atau treadmill,
bersepeda statis atau naik turun tangga. Pasien dilatih dengan meningkatkan
kecepatan berjalan dan mencodongkan ban berjalan atau meningkatkan beban sepeda
statis secara bertahap. Selama latihan gambaran monitor elektrokardiografi,
heart rate, dan tekanan darah selalu dipantau dan dianalisa.
4. Pemeriksaan
Elektrofisiologis (PEF)
Elektrofisiologi
ialah studi sifat kelistrikan
sel dan jaringan biologis, yang melibatkan pengukuran perubahan voltase atau arus listrik pada sejumlah
skala dari protein saluran ion, ke
semua jaringan seperti jantung.
Dalam neurosains,
elektrofisiologi melibatkan pengukuran aktivitas listrik neuron, dan khususnya aktivitas potensial aksi.
Definisi dan cakupan
Teknik elektrofisiologi klasik
Elektrofisiologi klasik melibatkan
penempatan elektrode ke sejumlah tempat di jaringan biologis. Ciri dasar
elektrode ialah:
2.
pelacakan
di papan sirkuit terekam
3.
tabung
tajam yang diisi dengan elektrolit,
seperti pipet kaca.
4.
Tempat
paling utama ialah di
5.
makhluk
hidup
6.
jaringan
yang dipotong
7.
sel
terdisosiasi dari jaringan yang dipotong
8.
sel
buatan yang ditumbuhkan di jaringan atau sel
Jika diemater elektrode cukup kecil
(atas urutan mikron), elektrofisiolog lebih memilih menyisipkan ujungnya ke sel
tunggal.
Banyak pembacaan elektrofisiologi yang
mempunyai nama spesifik:
Untuk
menentukan kontraksi miokard dan aliran darah:
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah tes diagnostik
yang menggunakan ultrasound untuk membuat gambar dari jantung. Pantulan gelombang suara dari jantung direkam oleh
sensor elektronik yang ditempatkan di dada. Sebuah komputer memproses informasi untuk
menghasilkan gambar bergerak dua atau tiga dimensi yang menunjukkan kondisi katup jantung
dan fungsi jantung.
2. Skintigrafi
Skintigrafi
adalah Sebuah tes diagnostik di mana gambar dua dimensi dari
sumber radiasi benda diperoleh melalui penggunaan radioisotop. Sebagai contoh,
skintigrafi dari sistem bilier (cholescintigraphy) dilakukan untuk mendiagnosis
gangguan pada saluran empedu oleh batu empedu, sebuah tumor , atau masalah lain; penyakit kandung empedu, dan
kebocoran empedu. Untuk cholescintigraphy, bahan kimia radioaktif disuntikan
secara intravena ke pasien. Kimia akan dihapus dari darah oleh hati dan disekresikan ke dalam empedu yang hati dibuatnya.
Kimia kemudian pergi mana-mana bahwa empedu pepatah: ke dalam saluran empedu,
kandung empedu, dan usus. Dengan menempatkan diatas perut kamera yang indera
radioaktivitas, gambar hati, saluran empedu, dan kantong empedu dapat diperoleh
yang sesuai dengan lokasi radioaktivitas.
3. Kateterisasi
Jantung dan Angiografi
Kateterisasi jantung adalah suatu
tindakan minimal invasif dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik)
melalui pembuluh darah ke dalam jantung dan pembuluh darah koroner yang
memperdarahi jantung. Tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk
diagnosis dan sekaligus untuk tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu
kelainan. Ada dua jenis kateterisasi yaitu :
o
Kateterisasi
koroner : kateterisasi yang ditujukan untuk memeriksa pembuluh
koroner yang memperdarahi jantung.
o
Kateterisasi
penyadapan jantung : kateterisasi yang ditujukan untuk memeriksa tekanan dan
kandungan oksigen (saturasi) dalam ruang-ruang jantung.
Proses/Prosedur Kateterisasi
Tindakan kateterisasi pada
umumnya hanya menggunakan anastesi lokal di daerah kulit. Pasien akan tetap
sadar dan berkomunikasi selama prosedur berlangsung. Anastesi lokal bisa
diberikan di daerah pergelangan tangan (a. radialis) ataupun melalui pangkal
paha (a. femoralis). Setelah anastesi lokal, dilakukan pemasangan selongsong
(sheath) pada pembuluh darah di tangan atau kaki, agar kateter dapat dimasukkan
ke dalam pembuluh darah. Dengan kateter khusus akan dimasukkan sampai ke
jantung ataupun pembuluh koroner jantung, dan pasien tidak akan merasakan
sakit. Setelah sampai pada pembuluh koroner jantung, maka zat kontras akan
diinjeksikan ke dalam koroner jantung dan dilihat dengan menggunakan fluroskopi
sinar x-ray. Tabung x-ray ini dapat dirubah pada berbagai posisi sehingga
memberikan gambaran yang baik mengenai pembuluh koroner jantung.
Sedangkan untuk kateterisasi
penyadapan jantung, kateter akan dimasukkan ke dalam ruang-ruang jantung
seperti atrium, ventrikel, arteri pulmonal, aorta dan vena kava superior dan
inferior untuk mendapatkan gambaran tekanan dan kandungan oksigen (saturasi) di
masing-masing ruang jantung. Zat kontras juga dapat disuntikkan ke dalam
ruangan jantung, yang dilihat dengan fluroskopi sinar x-ray, untuk mendapatkan
gambaran anatomi dan aliran darah dari ruang jantung tersebut. Tindakan ini
biasanya dilakukan pada pasien-pasien dengan kelainan jantung bawaan, sehingga
didapatkan informasi yang bermanfaat untuk tindakan selanjutnya (seperti
operasi) pada pasien.
Risiko kateterisasi jantung
Risiko tindakan kateterisasi
jantung sangatlah kecil, biasanya pemeriksaan kateterisasi berlangsung tanpa
masalah. Risiko minor yang bersifat sementara berupa luka memar
akibat suntikan jarum, reaksi sensitif/kepekaan pada zat kontras, ataupun
gangguan irama jantung. Namun komplikasi yang lebih serius seperti terjadinya
serangan jantung atau stroke, perdarahan akibat robekan pembuluh darah besar,
tamponade pernah dilaporkan meskipun sangatlah jarang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tindakan kateterisasi jantung adalah tindakan yang aman.
RESPIRASI
Untuk mengukur
keadekuatan ventilasi dan oksigenasi:
1. Pemeriksaan Fungsi
Paru
Uji
fungsional paru meliputi pengukuran volume paru, fungsi ventilatory, mekanisme
pernapasan, difusi, dan pertukaran gas. Tes ini bergun sebagai uji skreening.
Uji fungsi paru berguna untuk membedakan antara penyakit paru obstruktif
dan restriktif, serta untuk mengukur tingkat (ringan, sedang atau berat)
gangguan paru obstruktif atau restriktif
Pada pengujian fisiologi paru, paru dipantau dengan menggunakan banyak
peralatan dan alat uji yang kompleks. Peralatan yang paling dasar digunakan
adalah spirometer. Alat tersebut digunakan untuk mengukur aliran, volume dan
kapasitas paru.
Tergantung pada masing-masing uji paru masalah klinis
Tergantung pada masing-masing uji paru masalah klinis
Penyakit obstruktif: emfisema, bronkitis, bronkietasis, bronkospasme,
sekresi bronkial, inflamasi saluran nafas yang disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus, asma.
Penyakit restriktif: fibrosis paru, pneumonia, tumor paru, penyakit
neromuskular, trauma dada, obesitas, skleroderma, edema paru, pembedahan
pengangkatan jaringan paru, insisi abdominal bagian atas.
2. Pemeriksaan Gas
Darah Arteri (BGA)
Analisa gas darah (AGD) atau BGA
(Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan
asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik.
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base
excesses/kelebihan basa).
Persiapan Alat :
1. Disposibel 2, 5 CC
2. Botol Infus
3. Betadine
4. Kapas
5. Karet penutup
6. Heparin Cair
7. Blanko Pemeriksaan
8. Duk Pengalas
Petunjuk Pengambilan :
1. Lokasi pengambilan sampel :
Ø
Arteri Radialis
Ø
Arteri Brachialis
Ø
Arteri Inguinalis
Ø
Arteri Dorsalis Pedis
2. Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
3. Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan :
Identitas pasien, Suhu tubuh pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan
oksigen catat jumlah O2 yang digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis
permintaan.
Tekhnik Pengambilan :
1) Bentangkan duk pengalas.
2) Letakkan botol infus
3) Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan
sendi melipat kebelakang.
4) Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian
keluarkan. Heparin hanya membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc
dalam disposible, kecuali yang ada didalam jarum.
5) Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah.
6) Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7) Desinfeksi daerah tersebut
8) Desinfeksi kedua jari
9) Pegang disposible seperti memegang pensil.
10) Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah
didesinfeksi
11) Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45
drajat mengarah ke jantung.
12) Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan
diaspirasi.
13) Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14) Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas
betadine selama 5 menit.
15) Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.
INTERPRESTASI HASIL YANG DI
PEROLEH :
Yang terutama diperhatikan
adalah :
Ph Darah : 7,35 – 7,45
Pco2 :
35 – 45
BE
: -2 – +2
PO2 :
80 – 104 mmHg
Saturasi : Saturasi 97 –
98 %
Hco3 - :
21 – 25
Nilai rujukan
pH: 7,35-7,45; PaCO2: 35-45 mm Hg; PaCO2: 75-100 mmHg;
SaO2: >95%; SvO2: >70%; HCO3: 24-28 mEq/l; kelebihan basa (base excess):
+2 sampai -2 mEq/l
PENARIKAN KESIMPULAN DARI
HASIL YANG DI PEROLEH
Ø
Jika pH < 7,35,
PaCO2 > 45 mm Hg dan HCO3 serta BE normal, dapat disimpulkan bahwa
ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaan asidosis respiratorik.
Ø
Jika pH > 7,45,
PaCO2 < 35 mm Hg dan HCO3 serta BE normal, dapat disimpulkan bahwa
ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaan alkalosis respiratorik.
Ø
Jika pH < 7,35,
PaCO2 normal, sementara HCO3 dan BE masing-masing < 24 mEq/l dan <-2,
dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa terjadi pada keadaan asidosis metabolik.
Ø
Jika pH > 7,45,
PaCO2 normal, sementara HCO3 dan BE masing-masing > 28 mEq/l dan >+2,
dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaaan alkalosis metabolik
3. Oksimetri
Cacat jantung bawaan menjadi
faktor penyulit bagi kehidupan di masa awal seorang bayi apabila tidak
diketahui dengan cepat. Apalagi bagi daerah dengan keterbatasan perangkat
pemeriksa kesehatan, tentu menjadikan masalah untuk deteksi cacat jantung
bawaan. Salah satu upayanya adalah dengan memanfaatkan alat yang ada. Misalnya
oksimetri.
Oksimetri atau pulse
oximetri adalah sebuah tes yang cepat dan non invansif untuk mengukur kadar
oksigen dalam darah bayi baru lahir. Alat ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengetahui
cacat jantung bawaan. Pemeriksaan ini lebih mudah dan sederhana dibandingkan
dengan pemeriksaan ultrasound (USG) di mid-trimester atau pemeriksaan rutin
setelah bayi lahir.
Para peneliti melaporkan dalam
jurnal Lancet, bahwa oksimetri seharusnya menjadi prosedur yang harus
dilakukan pada semua bayi yang baru lahir. Sensor akan ditempatkan pada tangan
atau kaki bayi dan dapat memberikan hasil cepat serta tidak mahal.
Di negara berkembang, cacat
jantung bawaan menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi. Banyak bayi
dengan masalah jantung meninggalkan rumah sakit tanpa terdiagnosa dengan tepat,
artinya membiarkan si bayi pada risiko komplikasi dan kematian.
Dari sebuah studi yang memeriksa
20 ribu bayi sehat di enam RS Bersalin, dilakukan skrining oksimetri sebelum
meninggalkan RS. Data ini kemudian dilanjutkan hingga satu tahun dan
teridenfikasi sebesar 75% semua kasus kelainan jantung kritis dan 49% dari
semua kelaianan cacat jantung bawaan bertipe mayor. Tingkat deteksi dari
oksimetri, setelah 35 subjek yang dinyatakan menderita kelainan dengan tes
antenatal dikeluarkan dari kriteria, ditemukan bahwa 58 % adalah kasus kritis
dan sebanyak 28 % adalah tipe kasus major.
Untuk
memvisualisasi struktur sistem pernapasan:
1. Pemeriksaan
Sinar X Dada
Toraks merupakan tempat yang
ideal untuk pemeriksaan radiologi. Parenkim paru yang berisi udara memberikan
resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X, karena itu parenkim
menghasilkan bayangan yang sangat bersinar-sinar. Jaringan lunak dinding dada,
jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar serta diafragma lebih sukar ditembus
sinar X dibandingkan parenkim paru sehingga bagian ini akan tampak lebih padat
pada radiogram. Struktur toraks yang bertulang (termasuk iga, sternum dan
vertebra) lebih sulit lagi ditembus, sehingga bayangannya lebih padat lagi.
Metode radiografi yang biasa digunakan untuk menentukan penyakit paru adalah:
a. Radiografi Dada Rutin
Dilakukan
pada suatu jarak standar setelah inspirasi maksimum dan menahan napas untuk
menstabilkan diafragma. Radiografi diambil dengan sudut pandang posteroanterior
dan kadang juga diambil dari sudut pandang lateral dan melintang.
Radiograf yang
dihasilkan memberikan informasi sebagai berikut:
o
Status rangka toraks
termasuk iga, pleura dan kontur diafragma dan saluran napas atas pada waktu
memasuki dada.
o
Ukuran, kontur dan
posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, kelenjar limfe dan
percabangan bronkus.
o
Tekstur dan derajat
aerasi parenkim paru.
o
Ukuran, bentuk,
jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis dan daerah
konsolidasi.
b. Tomografi computer (CT Scan)
Yaitu suatu teknik gambaran dari suatu “irisan paru”
yang diambil sedemikian rupa sehingga dapat diberikan gambaran yang cukup
rinci. CT scan dipadukan dengan radiograf dada rutin. CT scan berperan penting
dalam :
o Mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta
cabang utama brronkus.
o Menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus,
tumor, struktur vaskular).
o
Dapat mengungkapkan
sifat serta derajat kelaianan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan
toraks lain.
o
CT scan bersifat
tidak invasif sehingga CT scan mediastinum sering digunakan untuk menilai
ukuran nodus limfe mediastinum dan stadium kanker paru, walaupun tidak seakurat
bila menggunakan mediastisnokopi.
2. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui
bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru.
Dalam perkembangannya, bronkoskop dibagi atas bronkoskop rigid dan bronkoskop
fleksibel. Bronkoskop rigid (kaku) diperkenalkan oleh Gustav Killian (1860-1921) dan Joseph P. O'Dwyer (1841-1894). Bronkoskop
fleksibel, yang saat ini banyak dipergunakan menggunakan serat optik, sehingga memberikan kemudahan
visualisasi bronkus perifer. Bronkoskop fleksibel mulai diperkenalkan oleh Shigeto Ikeda, pada International Congress
on Diseases of the Chest ke 9 di Kopenhagen tahun 1966.
Indikasi pemeriksaan bronkoskopi
adalah: batuk darah (hemoptysis), batuk kronik, mengi (wheezing), kecurigaan
keganasan, evaluasi pembedahan.
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring,
trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop
serat optik fleksibel yang disebut dengan bronkofibroskop.
Melalui bronkoskop sebuah sikat
kateter atau forsep biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan
untuk pemeriksaan sitologi.
Tujuan Bronkoskopi
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat,
mengambil dan mengumpulkan spesimen.
Indikasi Bronkoskopi:
1. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
2. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
3. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
4. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
5. Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.
Prosedur Tindakan
Bronkoskopi:
1. Persetujuan Tindakan.
2. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
3. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
4. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
5. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
6. Premedikasi.
7. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi
terlentang atau semi fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan
dikursi. Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan
melalui mulut atau hidung.
8. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke
laboratorium.
9. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
Intervensi Keperawatan Pasca
Pemeriksaan Bronkoskopi:
1. Kenali Komplikasi yang dapat terjadi setelah
bronkoskopi, misal edema laring, bronkospasme dan perdarahan.
2. Pantau tanda-tanda vital, terutama observasi Tekanan
Darah.
3. Kaji tanda dan gejala susah bernafas.Seperti,
dispnea,bersin dan suara nafas menurun.
4.
Anjurkan klien untuk
tidak merokok selama 6-8 jam. Merokok dapat menyebabkan batuk dan perdarahan,
khususnya setelah biopsi.
3. Pemindaian
Paru
Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi,
pemindaian ventilasi, dan pemindaian inhalasi. Prosedur ini digunkan untuk
mendetekasi fungsi normal paru, suplai vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.
Pemindaian Paru Perfusi
Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif
(teknetium) kedalam vena perifer dan kemudian dada dan tubuh lainnya dipindai
untuk mendeteksi radiasi. Prosedur ini digunakan secara klinis untuk mengukur
integritas pembuluh pulmonal relatif terhadap tekanan darah dan untuk
mengevaluasi abnormalitas aliran darah sepeerti yang terjadi pada emboli.
Pemindiain Ventilasi
Dilakukan setelah pemindaian perfusi.mpasien melakukan
napas dalam untuk menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon, kripton), yang
bedifusi keseluruh paru. Pemindaian dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas
paru terutam bronkitis, asma, fibrosis inflamatorik, pneumonia, empisema, dan
kanker paru.
Pemindaian Inhalasi
Dilakukan
dengan memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator tekanan posistif.
Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam memvisualisasi trakea dan jalan napas
besar.
Untuk
menentukan sel – sel abnormal atau infeksi dalam saluran pernapasan:
1. Kultur
Tenggorok
Kultur
tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari
mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat
mikoorganisme penyebab penyakit.Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung
tangan bersih, lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi
eksudat dan berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk
mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien membuka mulut
seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.
2. Spesimen
Sputum
Saliva dimulut, disebut ludah.
Orang yang sehat tidak memproduksi sputum. Sputum adalah sekresi mukus dari
paru, bronkus, dan trakea. Perlu dibedakan dari saliva, cairan bening yang
disekresikan oleh kelenjar Spesimen sputum diambil untuk pemeriksaan kultur
sensitvitas guna mengidentifikasi mikroorganisme tertentu dan sensitivita
terhadap obat tertentu. Spesimen sputum pagi hari diperiksa untuk
mengidentifikasi kanker paru – paru dan tipe sel khususnya. Pemeriksaan untuk
menentukan adanya bakteri tahan asam (BTA) juga memerlukan pengumpulan spesimen
sputumselama tiga hari berturut- turut untuk mengidentifikasia danya TBC pada
saat bangun tidur.
a. Prosedur pengambilan
Perlengkapan
·
Wadah spesimen steril
dengan penutup
·
Sarung tangan
·
Desinfektan
·
Tissue
·
Label terlengkap
·
Slip permintaan
laboratorium
·
Obat kumur
Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan
yang sesuai.
Pelaksanaan
·
Jelaskan apa yang
anda lakukan
·
Tujuan pemeriksaan,
perbedaan antara sputum dan saliva
·
Jangan menyentuh
bagian wadah dalam spesimen
·
Keluarkan sputum ke
wadahnya
·
Jumlah sputum yang
diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml)
·
Cuci tangan
·
Berikan privasi
·
Berikan bantuan
jika diperlukan untuk mengumpulkan spesimen
·
Bantu klien posisi
duduk
b. Hal – hal yang diperlukan dalam pengambilan spesimen sputum
Penyimpanan:
·
Penyimpanan < 24
jam pada suhu ruang
·
Penyimpanan pada pot
steril berpenutup
Pengiriman:
·
Pengiriman < 2 jam
pada suhu ruang
·
Bila tidak
memungkinkan, simpan dalam media transport (Amies medium, Stuart’s medium)
3. Pemeriksaan
Kulit
Para peneliti dari Mount Sinai
Medical Center menekankan bahwa kunjungan rutin ke dermatologis atau dokter
kulit sama pentingnya dengan kunjungan rutin ke dokter gigi. Pemeriksaan kulit
secara rutin dapat memberikan petunjuk tentang apa yang terjadi di luar dan di
dalam tubuh kita.
Kanker
kulit merupakan salah satu jenis kanker yang banyak dialami orang. Walaupun
begitu, kanker kulit juga termasuk jenis kanker yang paling mudah dicegah
perkembangannya.
Dalam
rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Kulit dan Hari Melanoma tanggal 7
Mei ini, para ahli mengingatkan kembali panduan pencegahan kanker kulit:
1. Gunakan sunblock.
Paparan
sinar UV paling banyak diterima pada usia antara 19 sampai 40 tahun. Pada usia
produktif ini, penting sekali penggunaan sunblock untuk melindungi kulit baik
bagi pria maupun wanita. Sunblock harus dioleskan secara rutin ke bagian tubuh
yang terbuka dan sering terpapar sinar matahari, termasuk di sekitar mata,
bibir, daun telinga, termasuk kaki apabila sering menggunakan sendal. Dokter
kulit dapat memberikan rekomendasi untuk jenis sunblock yang dapat digunakan
oleh bayi maupun bagian kulit yang sensitif seperti wajah ataupun kelopak mata.
2. Jangan berjemur di
bawah sinar matahari.
Kebiasaan
ini mungkin lebih banyak dilakukan oleh orang Eropa yang berkulit putih.
Sekarang para ahli kulit sedang gencar untuk meyakinkan masyarakat bahwa bahaya
menggelapkan kulit lebih besar daripada manfaatnya.
3. Periksa kulit Anda
sendiri tiap bulannya.
Perhatikan
bercak-bercak pigmentasi seperti tahi lalat dan bintik-bintik cokelat yang ada
pada permukaan kulit Anda. Apabila becak pigmentasi ini muncul cukup banyak,
tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter kulit. Dokter kulit
mungkin akan melakukan observasi terhadap bercak pigmentasi ini dari waktu ke
waktu untuk memantau apabila ada kecenderungan terjadinya keganasan.
4. Ikuti panduan ABCDE.
Perhatikan
apabila tahi lalat Anda memiliki tampilan seperti berikut ini:
Asymmetry, bentuknya tidak simetris.
Border irregularity, batas atau pinggiran tahi lalat tidak teratur.
Color variation, ada tahi lalat dengan warna yang lebih berbeda misalnya agak kebiruan.
Diameter, ukuran diameternya sebesar diameter pensil atau bahkan lebih besar.
Elevation, tahi lalat tumbuh menonjol. Tahi lalat dengan tampilan seperti di atas harus segera dikonsultasikan kepada dokter kulit.
Asymmetry, bentuknya tidak simetris.
Border irregularity, batas atau pinggiran tahi lalat tidak teratur.
Color variation, ada tahi lalat dengan warna yang lebih berbeda misalnya agak kebiruan.
Diameter, ukuran diameternya sebesar diameter pensil atau bahkan lebih besar.
Elevation, tahi lalat tumbuh menonjol. Tahi lalat dengan tampilan seperti di atas harus segera dikonsultasikan kepada dokter kulit.
Untuk melindungi kulit Anda, pilihlah produk sunblock yang
memberikan perlindungan spektrum luas. Yaitu dapat melindungi dari paparan UVA
dan UVB. Tingkat perlindungan suatu
sunblock dapat dilihat dari nilai sun-protection factor (SPF). Apabila Anda
banyak menghabiskan waktu di luar ruangan, pilihlah sunblock yang memiliki SPF
30. Produk sunblock dengan nilai SPF di bawah 30 hanya dapat mencegah kulit
terbakar sinar matahari, bukan untuk mencegah kanker kulit ataupun penuaan
kulit. SPF 30 maksudnya paparan sinar UV selama 30 menit pada kulit yang
dilindungi sunblock jumlahnya sama dengan jumlah paparan sinar UV selama 1
menit pada kulit yang tidak menggunakan sunblock.
4. Torasentesis
Torasentesis adalah tindakan mengaspirasi cairan
pleural atau udara, dilakukan untuk menghilangkan tekanan, nyeri atau dispnea.
TUJUAN
PEMERIKSAAN
1. Sebagai
terapi : menghilangkan akumulasi cairan atau udara pleural yang menyebabkan kompresi
paru dan kegawatan pernafasan.
2. Sebagai
tindakan pemeriksaan diagnostik : Pemeriksaan cairan pleural terhadap berat
jenis, glukosa, protein, pH, pemeriksaan kultur atau sensitivitas, serta
pemeriksaan sitologi.
TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Klien memahami prosedur, mengontrol ansietas
klien, klien dapat menjalani prosedur tanpa efek yang tidak diinginkan.
Persiapan Alat :
1. Surat
ijin tindakan (informed concent).
2. Spuit
5 ml, 20 ml, dan 50 ml.
3. Jarum
No. 22, 26, dan 16.
4. Katup
dua/tiga jalur (stopcock).
5. Selang
karet.
6. Jarum
biopsi.
7. Cairan
antiseptik.
8. Anestesi
lokal.
9. Kasa
steril.
10. Hanscoen
steril.
11. Duk
steril.
12. Handuk.
Persiapan Klien :
1. Menjelaskan
prosedur dan tujuan dilakukannya arteriogram.
2. Meminta
klien untuk menandatangani informed concent.
3. Membantu
klien untuk membuka pakaian / memajankan bagian tubuh atas.
4. Menjaga
kebutuhan privacy klien.
IMPLEMENTASI
1. Mencuci tangan.
2. Membantu klien mengatur posisi
yang sesuai untuk tindakan thorasentesis.
3. Menyiapkan alat didekat klien,
buka dengan teknok steril.
4. Mengatur ketrerangan pencahayaan,
gunakan lampu tindakan bila perlu.
5. Selama dokter melakukan prosedur,
mem berikan dukungan emosional dan fisik pada klien dan siapkan klien terhadap
hal-hal yang akan terjadi :
a. Klien akan merasa dingin akibat
anestetik.
b. Menganjurkan klien untuk
benar-benar tidak bergerak, dan tidak batuk.
c. Memberitahuykan kepada klien saat
anestesi lokalnya akan disuntikkan.
6. Memberikan tekanan pada area
punksi dan memberikan balutan steril setelah prosedur selesai.
7. Membantu klien untuk kembali pada
posisi semula.
8. Memastikan kepada dokter apakah
diperlukan pemeriksaan rontgen kembali.
9. Merapihkan alat.
10. Mencuci tangan.
EVALUASI
1. Mengevaluasi
respon serta toleransi klien sebelum, selama, dan sesudah prosedur.
2. Mengevaluasi
adanya keluhan pening, rasa sesak didada, batuk, sputum dengan bercampur serat
darah, takikardi, dan sianosis.
3. Mengevaluasi
karakteristik cairan yang keluar : jumlah, konsistensi, dan warnanya.
4. Mengobservasi
tanda-tanda vital pasca prosedur secara periodik.
DOKUMENTASI
1. Mencatat
tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur.
2. Mencatat
respon serta toleransi klien sebelum, selama, dan sesudah prosedur.
3. Mencatat
bila ada keluhan pening, rasa sesak didada, batuk, sputum dengan bercampur
serat darah, takikardi, dan sianosis.
4. Mencatat
karakteristik cairan yang keluar : jumlah, konsistensi, dan warnanya.
5. Mencatat
hasil observasi tanda-tanda vital pasca prosedur secara periodik.
SIKAP
1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapih.
8. Menjaga privacy.
9. Sopan.
UROLOGI
Pemeriksaaan
urine:
a. Spesimen acak
Kumpulkan spesimen acak
(random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu
selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan
warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk
memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Dipstick mendeteksi protein
dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi
kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
b. Spesimen
midstream atau pengeluaran bersih
Tujuan
- Untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi urin. Gejala-gejala biasa dari infeksi urin adalah nyeri ketika Anda buang air kecil, dan lewat air seni sering. Namun, gejala tidak selalu khas, terutama pada anak dan orang tua, dan tes urine diperlukan.
- Untuk menentukan antibiotik terbaik untuk digunakan. Beberapa bakteri (kuman) yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Jika tes menunjukkan bahwa bakteri dalam urin maka bakteri tersebut diuji terhadap berbagai antibiotik. Ini menemukan antibiotik yang akan membunuh bakteri dalam urin.
cara melakukan spesimen
pertengahan aliran urin
Tujuannya adalah untuk
mendapatkan spesimen (contoh) air seni dari tengah kandung kemih Anda. Urine
biasanya steril (tidak ada bakteri sekarang). Jika bakteri ditemukan dalam
sampel, berarti urin terinfeksi. Sampel 'pertengahan sungai' adalah yang
terbaik karena bit pertama dari urin yang Anda lulus mungkin terkontaminasi
dengan bakteri dari kulit.
Wanita - terus membuka labia Anda
(pintu masuk ke vagina). Pria - menarik kembali kulup Anda. Buang air kecil
beberapa ke toilet. Lalu, tanpa menghentikan aliran urin, urin menangkap
beberapa dalam botol steril. (Botol ini biasanya diberikan oleh dokter atau
perawat.) Setelah Anda memiliki air seni yang cukup dalam botol, menghabisi
melewati sisa urin Anda ke toilet.
Jangan membuka botol steril
sampai Anda siap untuk mengambil sampel. Anda tidak perlu mengisi botol ke
atas, sejumlah kecil akan dilakukan. (Beberapa botol spesimen mengandung
pengawet Jika hal ini terjadi, suatu tanda pada botol akan menunjukkan jumlah
ideal urin.. Namun, jika itu sulit, dengan jumlah yang lebih baik daripada
tidak.) Semakin cepat sampel diberikan dalam untuk dokter bedah, atau ke
'laboratorium', semakin baik. Dalam waktu dua jam adalah yang terbaik. Jika itu
tidak mungkin, menempatkan sampel dalam lemari es sampai Anda bawa ke dokter
atau 'laboratorium'. Hasil dari sebuah MSU membutuhkan waktu 2-3 hari.
Urine spesimen dan anak-anak
Tidak mudah untuk mendapatkan MSU
murni pada anak-anak dan bayi. Metode berikut mendapatkan sampel yang baik
seperti mungkin.
Anak-anak muda
Cara biasa adalah untuk menangkap
urin beberapa di sementara botol spesimen di 'aliran penuh. Hanya siap dengan
botol terbuka sebagai anak lewat urin. (Hati-hati untuk tidak menyentuh tepi
terbuka botol dengan jari-jari Anda karena dapat mencemari spesimen dengan
bakteri dari jari-jari Anda.)
Bayi
Salah satu metode adalah untuk
menempatkan pad penyerap khusus dalam popok. Urine tersedot ke jarum suntik
dari pad basah. Metode lain adalah dengan menggunakan kantong plastik yang
menempel ke kulit dan mengumpulkan urin. Jika tidak ada pad atau kantong
plastik yang tersedia, berikut ini mungkin berhasil. Ambil popok off sekitar
satu jam setelah feed. Tekan lembut dengan jari (sekitar sekali per detik)
tepat di atas tulang kemaluan. (Ini adalah tulang di bagian bawah perut bagian
atas alat kelamin.) Memiliki siap botol terbuka. Cukup sering, dalam waktu
sekitar lima menit, bayi akan buang air kecil. Coba dan menZangkap beberapa di
dalam botol.
c. Spesimen
Steril
Steril adalah kata sifat yang berarti:
- Bebas dari kuman atau mikroorganisme hidup
- Tak mampu menghasilkan keturunan, tidak menghasilkan keturunan, infertil.
d. Spesimen
Urine pada waktu tertentu
Beberapa
pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka
waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang
mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur
urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke
penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan
pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
·
mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
·
menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
·
menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin,
hormon tertentu).
Hal yang perlu
dilakukan perawat:
·
Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
·
beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
·
setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu
segera masukan dalam wadah yang lebih besar
·
setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
·
perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
·
wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
e. Reduksi Urine
Pemeriksaan terhadap adanya
glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa
dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Caranya yang tidak spesifik
menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksi oleh glukosa. Diantaranya reagen yang dapat dipakai untuk mnyatakan
adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Glukosuria dapat dibuktikan dngan
cara spesifik menggunakan enzim glukosa oxidase.
Pemeriksaan Glukosa Urine
a. Metode Fehling
Tujuan:
Untuk mengetahui adanya gula
dalam urine
Prinsip:
Dengan pemanasan urine dalam
suasana alkali, glukosa akan mereduksi cupri sulfat menjadi cupro oksida.
Pengendapan cuprihidroksida dicegah dengan penambahan kalium natrium tartrate.
Alat dan Reagensia
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Api spirtus
Reagensia
:
1. Fehling A
2. Fehling B
Prosedur kerja
1.
Campurkan 2 ml
Fehling A dan 2 ml Fehling B, kocok sampai rata kemudian panaskan sampai
mendidih.
2.
Dimasukkan urine 1 ml
dalam dalam tabung tersebut, homogenkan
3.
Rebus di atas api
sampai mendidih
4.
Dinginkan dan amati
perubahan warna yang terjadi
Tahap terminasi
1.
Akhiri kegiatan
dengan cara yang baik
2.
Cuci tangan
Metode Benedict
Tujuan :
Untuk mengetahui adanya gula dalam urine
Prinsip :
Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam
kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi
cupro) dan mengendap dalm bentuk CuO dan Cu2O.
Alat dan Reagensia
1.
Tabung reaksi
2.
Penjepit tabung
reaksi
3.
Api spirtus
4.
Sampel urine
5.
Benedict
Prosedur kerja
1.
Masukkan 5 ml benedictdalam tabung reaksi.
2.
Teteskan 5 – 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut.
3.
Rebus di atas api sampai mendidih
4.
Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi
Interpretasi hasil Reduksi urine
(-)
: Tetap Biru, biru
kehijauan
(+1)
: hijau kuning –
kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 % glukosa)
(+2)
: kuning keruh (1 – 1,5
% glukosa)
(+3)
: jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5 % glukosa).
(+4)
: merah bata(lebih dari 3,5 % glukosa).
Tahap terminasi
1.
Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.
Cuci tangan
ORGAN REPRODUKSI
1. HCG
TUJUAN :
-
Untuk mengukur kadar
hCG (Human Chorionic Gonadotropin) Hormon di dalam urin manusisa
-
Deteksi dini
kehamilan
-
Test mandiri tipe
cassette
DASAR :
-
Azas : β
HCG dalam urin wanita hamil (sebagai Ag) bereaksi terhadap Ab anti HCG yang
berasal dari kelinci yang disensitasi dengan HCG & dilakukan kompetisi
antara latex yang diselubungi dengan HCG serta β
HCG dalam urin.
-
Bila terjadi
penggumpalan (aglutinasi) berarti urin tidak mengandung β
HCG.
-
Sensitivitas tes
berkisar 2-3 unit β HCG /ml urin.
-
Umumnya hasil tes
negatif palsu pada awal kehamilan (<10 hr) dari saat haid terlambat karena
kadar β HCG masih rendah.
Hasil tes positif tetapi bukan kehamilan :
1.
Mola hydatidosa
2.
Choriocarcinoma
3.
Tumor testis
ALAT DAN BAHAN
Kit terdiri atas:
1. Kontrol Positif : 1000 mIU/ml hCG
2. Kontrol Negatif
3. Latex Reagent: 50/100 slide
4. Pipet – stirer
Spesimen:
1. Urin tanpa pengawet dan bersih didalam wadah yang
steril
2. Apabila urin berkabut sebaiknya disentrifus
3. Urin dapat disimpan selama 72 jam sebelum diperiksa
pada suhu 2- 8°C
CARA KERJA
1. Siapkan spesimen dan Reagent dan biarkan pada suhu
ruangan 37° C sebelum digunakan
2. Campurkan keduanya pada latex reagent untuk membuat
suspensi pada partikel lateks
3. Kocok dan disuspensikan pada Pregnancy latex reagent,
tambahkan 1 tetes menggunakan 1vial dropper (40ul) untuk setiap lingkaran
pada aglutination slide
4. Teteskan 1 tetes Kontrol Negatif ke dalam lingkaran
agglutination slide
5. Teteskan 1 tetes Kontrol Positif ke dalam lingkaran
agglutination slide
6. dengan memakai pipet-stirer teteskan spesiemn urin
pada lingkaran tersebut
7. aduk secara merata pada area lingkaran tersebut
(agglutination slide)
PENCERNAAN
1. Endoskopi
Endoskopi adalah suatu prosedur
yang aman dan menguntungkan yang telah menyelamatkan nyawa banyak orang.
Sebagian besar pasien mentolerir prosedur endoskopi sangat baik dan merasa
baik-baik saja nantinya.
Gastrointestinal endoskopi adalah
prosedur yang memungkinkan spesialis pencernaan untuk melihat lapisan dalam
saluran pencernaan. The endoskopi gastrointestinal menawarkan akses ke saluran
pencernaan yang meliputi seluruh usus kecil, saluran empedu, usus, duodenum,
perut, dan kerongkongan. Berdasarkan organ-organ yang spesialis pencernaan
ingin lihat, prosedur GI dapat disebut sebagai endoskopi perut atas atau bawah
endoskopi. Endoskopi saluran pencernaan atas (juga dikenal sebagai EGD)
membantu dalam melihat kerongkongan, lambung dan duodenum sedangkan endoskopi
saluran pencernaan bawah membantu dalam memvisualisasikan usus besar. Biasanya
endoskopi pasien masuk melalui anus, tenggorokan, dan uretra atau melalui
insisi kecil dibuat di kulit.
Prosedur endoskopi ini dapat
dilakukan baik di dasar rawat jalan atau dasar rawat inap. Endoskopi saluran
pencernaan membantu dalam mendiagnosis beberapa gangguan GI. Prosedur endoskopi
gastrointestinal tidak hanya digunakan untuk diagnosis penyakit saluran
pencernaan tetapi juga digunakan untuk masalah perawatan GI. Prosedur
endoskopik kurang menyakitkan dan umumnya dikaitkan hanya dengan sedikit
ketidaknyamanan.
Hanya sedikit masalah endoskopi GI yang bisa membantu untuk mendiagnosis atau menyelidiki adalah
Hanya sedikit masalah endoskopi GI yang bisa membantu untuk mendiagnosis atau menyelidiki adalah
·
Infeksi saluran kemih
·
Perdarahan Internal
gastrointestinal
·
Ulkus
gastrointestinal
·
sindrom iritasi usus
(IBS)
·
Masalah Usus Besar
·
Diare kronis
Jenis prosedur endoskopi
Ada berbagai jenis prosedur endoskopik yang terlibat
dalam pemeriksaan organ yang berbeda atau sistem. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut -
1.
Kolposkopi
2.
Bronkoskopi
3.
Kapsul Endoskopi
4.
Laparoskopi
5.
Double Balloon
Enteroskopi
6.
Fetoskopi
7.
Kolonoskopi
8.
Fleksibel
Sigmoidoskopi
9.
Endoskopik mundur
cholangio-pankreatografi
10. Arthroskopi
11. Amnioskopi
12. Endoskopi gastrointestinal Atas (OCD)
13. Proctoskopi
14. Rhinoskopi
15. Thorakoskopi
Persiapan
Pasien menjalani prosedur
pencernaan ini tidak boleh makan atau minum apa pun dalam delapan sampai
sepuluh jam dari prosedur ini. Dalam hal ini jika ada makanan di perut,
makanan akan menghalangi pandangan melalui endoskopi, dan bisa menyebabkan
muntah.
Prosedur
Prosedur
Prosedur endoskopi biasanya
berlangsung antara 5 sampai 10 menit. Selama prosedur ini, pasien diminta untuk
berbaring di sisi kiri. Selama prosedur endoskopi, pasien berada di bawah
anestesi pendek. Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan endoskop. endoskop
adalah tabung fleksibel dengan sistem pengiriman cahaya yang menerangi saluran
tersebut. Lebih lanjut memiliki sistem lensa yang menyampaikan gambar dari
fiberscope dan menampilkan gambar di TV warna. endoskop ini diturunkan
kerongkongan, ke perut dan ke dalam usus. endoskopi yang gagal dapat mengganggu
pernapasan. Selama prosedur, pengambilan napas lambat dan dalam dapat membantu
pasien rileks.
Sebuah endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien memakan kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul bergerak melalui saluran pencernaan. Kapsul keluar dari tubuh pasien melalui gerakan usus.
Sebuah endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien memakan kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul bergerak melalui saluran pencernaan. Kapsul keluar dari tubuh pasien melalui gerakan usus.
Komplikasi mungkin terdiri dari:
·
Perforasi
gastrointestinal,
·
Pendarahan dan
·
Infeksi.
HEMATOLOGI
1. Darah Lengkap
Pemeriksaan Darah Lengkap
(Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh
terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan
untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu
penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis
parameter pemeriksaan, yaitu:
1.
Hemoglobin
2.
Hematokrit
3.
Leukosit (White Blood
Cell / WBC)
4.
Trombosit (platelet)
5.
Eritrosit (Red Blood
Cell / RBC)
6.
Indeks Eritrosit
(MCV, MCH, MCHC)
7.
Laju Endap Darah atau
Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8.
Hitung Jenis Leukosit
(Diff Count)
9.
Platelet Disribution
Width (PDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap
biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang
disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar
nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik
terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera
dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
ini berkisar maksimal 2 jam.
IMUNOLOGI
1. Leukosit
Leukosit merupakan nama lain
untuk sel darah putih. Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Itulah sebabnya
leukosit disebut juga fagosit.
Leukosit mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit.
Bentuknya bervairasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung.
Gerakannya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Leukosit mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit.
Bentuknya bervairasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung.
Gerakannya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Berdasarkan ada/tidaknya granula di dalam plasma,
leukosit dibagi menjadi:
1. Leukosit bergranula (granulosit)
a)
Neutrofil
Plasmanya bersifat netral, inti selnya berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam. Neutrofil fagositosis terhadap eritrosit (sel darah merah), kuman, dan jaringan mati.
Plasmanya bersifat netral, inti selnya berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam. Neutrofil fagositosis terhadap eritrosit (sel darah merah), kuman, dan jaringan mati.
b)
Eosinofil
Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin. Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin. Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
c)
Basofil
Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa. Sel darah putih ini akan berjumlah banyak jika terkena infeksi. Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin.
Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa. Sel darah putih ini akan berjumlah banyak jika terkena infeksi. Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin.
2. Leukosit tidak bergranula (agranulosit)
a)
Limfosit
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit berfungsi untuk membentuk antibodi.
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit berfungsi untuk membentuk antibodi.
b)
Monosit
Monosit dapat bergerak seperti Amoeba dan mempunyai inti yang bulat/bulat panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Adakalanya benda asing ataupun mikroba yang tidak dikehendaki memasuki tubuh kita. Jika hal tersebut terjadi tubuh akan menganggap benda yang masuk itu sebagai benda asing atau antigen. Apa yang terjadi pada antigen tersebut?
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing. Akibatnya tubuh melalui sel-sel darah putih (leukosit) memproduksi antibodi untuk menghancurkan antigen tersebut. Glikoprotein yang terdapat di dalam hati kita dapat merupakan antigen bagi orang lain jika glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk kita. Hal tersebut juga berlaku untuk keadaan sebaliknya.
Monosit dapat bergerak seperti Amoeba dan mempunyai inti yang bulat/bulat panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Adakalanya benda asing ataupun mikroba yang tidak dikehendaki memasuki tubuh kita. Jika hal tersebut terjadi tubuh akan menganggap benda yang masuk itu sebagai benda asing atau antigen. Apa yang terjadi pada antigen tersebut?
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing. Akibatnya tubuh melalui sel-sel darah putih (leukosit) memproduksi antibodi untuk menghancurkan antigen tersebut. Glikoprotein yang terdapat di dalam hati kita dapat merupakan antigen bagi orang lain jika glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk kita. Hal tersebut juga berlaku untuk keadaan sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan
tubuh ada 2 macam, yaitu fagosit dan limfosit. Sel fagosit akan menghancurkan
benda asing yang dengan cara menelannya (fagositosis).
Fagosit terdiri atas 2 macam sel, yaitu:
1.
Neutrofil, terdapat
di dalam darah.
2.
Makrofag, dapat
meninggalkan peredaran darah untuk masuk ke dalam jaringan atau rongga tubuh.
Limfosit terdiri atas:
1.
T limfosit (T Sel),
yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar leher).
2.
B limfosit (B sel).
Keduanya dihasilkan oleh sumsum
tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, menghasilkan
antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Seringkali
virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui kulit dan
selaput lendir agar terhindar dari leukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak
berdiam diri. Sel-sel tubuh tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein
yang dapat memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi).
Adanya kemampuan ini dapat mencegah terjadinya serangan virus.
Adanya kemampuan ini dapat mencegah terjadinya serangan virus.
2. Trombosit
Trombosit merupakan unsur dasar
dalam darah yang berperan pada proses koagulasi dengan melindungi
integritas endotel pembuluh darah dan memulai perbaikan jika ada kerusakan
dinding pembuluh darah (hemostasis primer). Trombosit berasal dari pecahan
sitoplasma megakariosit di sumsum tulang, pematangan dan proliferasi
megakariosit dikendalikan trombopoetin, suatu hormon mirip eritropoetin. Ukuran
diameter trombosit bervariasi dari 1 sampai 4 µm bahkan kadang lebih
besar dimana beredar sekitar 10 hari sebagai sel berbentuk piringan dan tidak
berinti. Dalam keadaan normal, sepertiga kompartemen trombosit disekuestrasi di
limpa.
Agar terjadi hemostasis primer
normal dan trombosit membentuk sumbat inisial, maka jumlah trombosit harus
memadai di sirkulasi dan berfungsi normal. Awalnya terjadi adhesi trombosit,
agregasi trombosit, dan reaksi pembebasan trombosit disertai rekrutmen
trombosit lain. Uji laboratorium menilai fungsi trombosit yakni :
- Hitung Trombosit : Cara paling cepat dan sederhana, tetapi kurang akurat. Jumlah trombosit dapat dihitung secara manual dan elektronik. Harga normal 150.000 sampai 450.000 sel/µL.
- Agregasi Trombosit : Diukur dengan menimbulkan kontak plasma kaya trombosit dan zat penginduksi agregasi seperti kolagen, epinefrin, antibiotic ristosetin, ADP,dll.
- Waktu Perdarahan : Uji ini sulit distandarisasi dimana hasilnya berbeda di bagian kulit dan kondisi eksternal yang berbeda, juga tindakan insisi kulit standar yang dilakukan beberapa kali tidak menyenangkan bagi pasien.
- Retensi Trombosit : Melakukan penghitungan kuantitatif jumlah trombosit yang melekat ke butir-butir kaca dan sekarang sudah jarang dilakukan.
- Beta-Thromboglobulin dan Faktor Trombosit 4 : Pemeriksaan terhadap produk trombosit seperti beta thromboglobulin, factor 3 dan 4, dan zat antara prostaglandin.
3. Imunoglobulin
(Ig A, Ig G, Ig M, dll)
Kekebalan tubuh (imunitas) adalah
suatu zat yang ada didalam tubuh kita sendiri. Alamiahnya biasa disebut
antibody. Imun ini berasal dari fungsi organ kita yang lambat laun akan
berfungsi sempurna, namun ada masa produksi aktifnya (sesuai pertumbuhan umur).
Umumnya pertumbuhan imun ini mencapai klimaksnya pada kisaran usia 35-45 tahun.
Setelah itu terjadi degradasi imunitas. Pada umur diatas mulai banyak
bermunculan penyakit yang biasanya tidak muncul pada usia produktif. Imunitas
ini selayaknya sudah diatur oleh allah swt secara detail, kita tinggal
memahami, memaknai dan menjalankan apa yang telah diamanahkan kepada badan kita.
Imunitas ini terdiri dari 5 jenis, yaitu : IgG, IgM,
IgE, IgA, IgD. Berikut deskripsinya :
1. Imunoglobulin A (IgA), yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada selaput
lendir, terutama lapisan saluran pernapasan dan saluran pencernaan, serta dalam
air liur dan air mata. IgA adalah immunoglobulin paling banyak jumlahnya dalam
tubuh, sekitar 75% dari jumlah immunoglobulin didalam tubuh.
2. Immunoglobulin G (IgG). Jenis antibodi yang paling melimpah,
ditemukan di semua cairan tubuh dan melindungi terhadap infeksi bakteri dan
virus. IgG merupakan 75% dari serum immunoglobulin pada manusia. IgG biasanya ditemukan
pada ASI pertama kali keluar. IgG dapat menangkal bakteri pathogen misal :
virus, bakteri dan jamur.
3. Imunoglobulin D (IgD), yang ada dalam jumlah menit dalam darah, adalah
antibodi paling sedikit dipahami. Baru-baru ini, IgD ditemukan untuk mengikat basofil
dan sel mast dan mengaktifkan sel-sel untuk menghasilkan faktor antimikroba
untuk berpartisipasi dalam pertahanan kekebalan tubuh (pernafasan) pada manusia
4. Imunoglobulin E (IgE), yang berhubungan terutama dengan reaksi alergi (ketika
sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap antigen lingkungan seperti
serbuk sari atau bulu hewan peliharaan). Hal ini ditemukan di paru-paru,
kulit, dan selaput lendir.
5. Imunoglobulin M (IgM), yang ditemukan terutama dalam cairan darah dan getah
bening, adalah yang pertama harus dibuat oleh tubuh untuk melawan infeksi baru.
IgM
terutama bertanggung jawab untuk penggumpalan ( aglutinasi ) dari sel darah merah. Paling banyak
ditemukan dalam tubuh adalah IgA, IgG dan IgM. Untuk itu, perlu disadari bahwa
sebenarnya segala racun dan pembawa penyakit itu tidak akan bisa menjamah tubuh
kita kalau sistem pertahanan tubuh kita sedang menguat. berikut yang
mempengaruhi sistem pertahanan tubuh :
a. Faktor kelelahan. ini merupakan faktor yang sangat mudah
didatangi oleh penyakit, karena seluruh tubuh kita telah mengeluarkan
ATP(tenaga) secara maksimal, untuk itu dapat ditangkal dengan penambahan
multivitamin agar tubuh kembali fit.
b. Faktor anatomi tubuh. tubuh kita sebenarnya sudah dikaruniai oleh ALLAH
dengan sebaik2 ciptaannya, semuanya sudah tertata dengan apik, namun terkadang
kita malah sering mencela apa yang sudah diberikan-NYA pada kita. so,
sering2lah bersyukur ya. disisi lain, faktor anatomi tubuh kita memang berbeda
satu sama lain. tidak ada yang sempurna, tapi untuk Ig semuanya lengkap,
namun kadarnya saja yang berbeda, kalau ini saran saya ya harus banyak2 berdoa
dan hidup sehat supaya menjadi lebih baik dengan itu.
c. Faktor kebiasaan. faktor ini banyak orang yang sering menyalahartikan
kesehatan. pada saat sehat semua makanan dilahap, tidur terlampau larut atau
malah tidur melulu dan juga kebiasaan mengkonsumsi
minuman beralkohol, rokok, narkotik, soda,dll. semuanya bisa berubah
seiring perubahan sikap kita yang menyayangi tubuh ini, ingat ya, tubuh ini
titipan tuhan, jadi dijaga sampai tubuh ini kembali pada yang memilikinya.
d. Faktor lingkungan. Ini adalah faktor terakhir yang mempengaruhi sistim
imun kita,lingkungan. sehebat-hebatnya kita menjaga yang 3 diatas, namun kalau
lingkungan kita jorok bin kotor ya pasti akan mempengaruhi kesehatan kita. so,
mulai saat ini bersihkan lingkungan kita dari sampah, genangan air dsb,ok…
DAFTAR PUSTAKA
diakses tanggal 08 juli
2012 jam 13.50
diakses tanggal 08 juli 2012 jam 14.05
diakses tanggal 08 juli 2012 jam 11.20
diakses tanggal 08 juli 2012 jam 14.03
diakses tanggal 11 juli 2012 jam 20.35
diakses tanggal 12 juli 2012 jam 20.14
diakses
tanggal 12 juli 2012 jam 20.19
diakses
tanggal 12 juli 2012 jam 20.25
diakses
tanggal 13 juli 2012 jam 13.05
diakses
tanggal 13 juli 2012 jam 13.09
diakses
tanggal 13 juli 2012 jam 13.17
diakses
tanggal 13 juli 2012 jam 14.23
diakses
tanggal 14 juli 2012 jam 13.13
diakses
tanggal 14 juli 2012 jam 19.24
diakses tanggal 14 juli 2012 jam 14.09
diakses
tanggal 14 juli 2012 jam 15.07
diakses
tanggal 14 juli 2012 jam 19.37
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 10.26
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 12.49
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 12.51
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 13.02
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 18.45
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 18.22
diakses
tanggal 15 juli 2012 jam 18.25
mbak setau ku, Elektroensefalografi (EEG) adalah merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala. EEG mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.kalo elektrokardiograf itu (ECG/EKG). cuma meluruskan saja. terimakasih.
BalasHapus