Senin, 16 Juli 2012

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


KARDIOVASKULER

Untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung:
1.  Elektrokardiogram (EEG)
Elektrokardiogram (EEG) merupakan suatu grafik yang dihasilkan oleh suatu elektrokardiograf. Alat ini merekam aktivitas listrik jantung pada waktu tertentu (saat pemeriksaan). Secara harafiah didefinisikan : “elektro” = berkaitan dengan elektronika, dan “kardio” = berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian “gram”, berarti tulis / menulis. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting. Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung, namun dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya kontraktilitas jantung.

Tujuan
Kegunaan/ keuntungan menggunakan EEG antara lain :
1.       EEG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
2.       EEG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
3.       EEG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)
4.       EEG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
5.       EEG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
Komponen EEG
Bagian dari alat EEG :
1.  4 (empat) buah sadapan ekstremitas, yaitu;
·         Tangan kiri (LA)
·         Tangan kanan (RA)
·         Kaki kiri (LL)
·         Kaki kanan (RL)
2.  6 (enam)  buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6
3.  Kabel sadapan yang terdiri dari 10 elektroda (4 buah unruk elektroda ekstremitas, dan 6 buahuntuk elektroda dada).
4.  Kertas grafik EEG
Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EEG berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EEG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EEG berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal “kalibrasi” harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EEG.
Monitor EEG modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang paling umum adalah mode monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EEG untuk pemonitoran irama jantung rutin. Penyaring bernilai tinggi membantu mengurangi garis dasar yang menyimpang dan penyaring bernilai rendah membantu mengurangi bising saluran listrik 50 atau 60 Hz (frekuensi jaringan saluran listrik berbeda antara 50 dan 60 Hz di sejumlah negara). Dalam mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen ST yang akurat direkam. Penyaring bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan EEG mode monitor banyak tersaring daripada mode diagnostik, karena bandpassnya lebih sempit.
5.  Sadapan pada EEG
Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi yaitu bisa merujuk ke kabel yang menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau ke gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan EEG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang itempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien.
·         Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EEG di sadapan yang berhubungan.
·         Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan defleksi negatif pada EEG di sadapan yang berhubungan.
·         Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EEG, yang akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
·         Ada 2 jenis sadapan, yaitu unipolar dan bipolar. EEG lama memiliki elektrode tak berbeda di tengah segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan ‘netral’ stop kontak dinding) di potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari “tengah” jantung yang mengarah ke luar secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial dan sadapan ekstremitas (VL, VR, dan VF). Sebaliknya, EEG baru memiliki kedua elektrode itu di beberapa potensial dan arah elektrode yang berhubungan berasal dari elektrode di potensial yang lebih rendah ke tinggi, mis., di sadapan ekstremitas I, arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan ekstremitas adalah I, II, dan III.
a.  Sadapan Ekstremitas
Sadapan bipolar standar (I, II, dan III) merupakan sadapan asli yang dipilih oleh Einthoven untuk merekam potensial listrik pada bidang frontal. Elektroda-elektroda diletakkan pada lengan kiri ( LA = Left Arm), lengan kanan (RA = Right Arm), dan tungkai kiri (LL = Left Leg). Sifat kontak dengan kulit harus dibuat dengan melumuri kulit dengan gel elektroda. Sadapan LA, RS, dan LL kemudian dilekatkan pada elektroda masing-masing. Dengan memutar tombol pilihan pada alat perekam pada 1, 2, dan 3, akan terekam sadapan standar ( I, II, dan III).
Alat elektrokardiografi juga mempunyai elektroda, tungkai kanan (RL = Right Leg), dan sadapan yang bertindak sebagai “arde” (ground) dan tidak mempunyai peranan dalam pembentukan EEG.
Sadapan bipolar menyatakan selisih potensial listrik antara 2 tempat tertentu.
·         Hantaran I  = Selisih potensial antara lengan kiri dan lengan kanan (LA-RA)
·         Hantaran II = Selisih potensial antara tungkai kiri dan lengan kanan (LL-RA)
·         Hantaran III = Selisih potensial antara tungkai kiri dan lengan kiri (LL-LA)
b.  Sadapan Dasar
Sebuah elektrode tambahan (biasanya hijau) terdapat di EEG 4 dan 12 sadapan modern, yang disebut sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan di kaki kiri, meski secara teoritis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh.
c.  Sadapan Prekordial
Penempatan sadapan prekordial yang benar. Sadapan prekordial V1 (merah), V2 (kuning), V3 (hijau), V4 (coklat), V5 (hitam), dan V6 (ungu) ditempatkan secara langsung di dada. Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi. Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5, dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R. Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.
Ø  Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
Ø  Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
Ø  Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
Ø  Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah).
Ø  Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
Ø  Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
Ø  Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan perekaman EEG antara lain :
Ø  EEG sebaiknya direkam pada pasien yang berbaring di tempat tidur yang nyaman atau pada meja yang cukup lebar untuk menyokong seluruh tubuh. Pasien harus istirahat total untuk memastikan memperoleh gambar yang memuaskan. Hal ini paling baik dengan menjelaskan tindakan terlebih dahulu kepada pasien yang takut untuk menghilangkan ansietas. Gerakan atau kedutan otot oleh pasien dapat merubah rekaman.
Ø  Kontak yang baik harus terjadi antara kulit dan elektroda. Kontak yang jelek dapat mengakibatkan rekaman suboptimal.
Ø  Alat elektrokardiografi harus distandarisasi dengan cermat sehingga 1 milivolt (mV) akan menimbulkan defleksi 1 cm. Standarisasi yang salah akan menimbulkan kompleks voltase yang tidak akurat, yang dapat menimbulkan kesalahan penilaian.
Ø  Pasien dan alat harus di arde dengan baik untuk menghindari gangguan arus bolak-balik.
Ø  Setiap peralatan elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa infus intravena yang diatur secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada EEG.
6.  Irama Normal Pada EEG
Rekaman EEG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan standard 25mm/ detik dan defleksi 10mm sesua dengan potensial 1mV
Gambaran EEG normal menunjukkan bentuk dasar sebagai berikut :
·         Gelombang P : Gelombang ini pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri.
·         Segmen PR : Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan antara gelombang P dengan Kompleks QRS
·         Kompleks QRS : Kompleks QRS merupakan suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri.Kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombagn Q yang merupakan gelombang defleksi negatif pertama, gelombang R yang merupakan gelombang defleksi positif  pertama, dan gelombang S yang merupakan gelombang defleksi negatif pertama setelah gelombang R.
·         Segmen ST : Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan kompleks QRS dengan gelombang T
·         Gelombang T : Gelombang T merupakan pontesial repolarisasi dari ventrikel kiri dan kanan
·         Gelombang U : Gelombang in berukuran kecil dan sering tidak ada. Asal gelombang ini masih belum jelas.
Dalam melaporkan hasil EEG sebaiknya mencakup hal-hal beikut :
·         Frekuensi (heart rate)
·         Irama jantung (Rhyme)
·         Sumbu jantung (Axis)
·         Ada /tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium/ventrikel)
·         Ada/tidaknya tanda tanda kelainan mikard (iskhemi/ injuri/infark)
·         Ada/tidaknya tanda tanda akibat gangguan lain (efek obat obatan, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung ).
2.  Monitor Holter
Monitor Holter adalah sebuah alat perekam, seukuran dompet kecil, yang biasanya dipakai secara rawat jalan untuk mencatat pada pita semua detak jantung seseorang selama periode waktu tertentu, biasanya 24-48 jam. Perangkat ini memungkinkan dokter untuk mempelajari detak jantung individu, memerhatikan apakah denyut jantung teratur cepat terjadi (yang mungkin memerlukan terapi obat), atau melihat apakah denyut jantung melambat ke tingkat yang sangat rendah (yang mungkin memerlukan penempatan alat pacu jantung).
Sebuah rekaman kontinyu dari pasien EKG selama 24 jam. Karena dapat dipakai selama kegiatan rutin pasien sehari-hari, membantu dokter berkorelasi gejala pusing, palpitasi (sensasi irama jantung yang cepat atau tidak teratur) atau out hitam. Sejak rekaman mencakup 24 jam, secara terus menerus, pemantauan Holter jauh lebih mungkin untuk mendeteksi irama jantung abnormal jika dibandingkan dengan EKG yang berlangsung kurang dari satu menit. Hal ini juga dapat membantu mengevaluasi pasien EKG selama episode nyeri dada, selama waktu mungkin ada perubahan-tanda yang menunjukkan iskemia (diucapkan adalah-keem-ya) atau suplai darah yang berkurang ke otot ventrikel kiri.
 .
3.  Pemeriksaan Stress Latihan
Pemeriksaan stress latihan adalah merekam aktivitas kelistrikan jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutruhan oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban berjalan atau treadmill, bersepeda statis atau naik turun tangga. Pasien dilatih dengan meningkatkan kecepatan berjalan dan mencodongkan ban berjalan atau meningkatkan beban sepeda statis secara bertahap. Selama latihan gambaran monitor elektrokardiografi, heart rate, dan tekanan darah selalu dipantau dan dianalisa.

4.  Pemeriksaan Elektrofisiologis (PEF)
 Elektrofisiologi ialah studi sifat kelistrikan sel dan jaringan biologis, yang melibatkan pengukuran perubahan voltase atau arus listrik pada sejumlah skala dari protein saluran ion, ke semua jaringan seperti jantung. Dalam neurosains, elektrofisiologi melibatkan pengukuran aktivitas listrik neuron, dan khususnya aktivitas potensial aksi.

Definisi dan cakupan

Teknik elektrofisiologi klasik

Elektrofisiologi klasik melibatkan penempatan elektrode ke sejumlah tempat di jaringan biologis. Ciri dasar elektrode ialah:
1.         konduktor padat sederhana, seperti cakram dan jarum,
2.         pelacakan di papan sirkuit terekam
3.         tabung tajam yang diisi dengan elektrolit, seperti pipet kaca.
4.         Tempat paling utama ialah di
5.         makhluk hidup
6.         jaringan yang dipotong
7.         sel terdisosiasi dari jaringan yang dipotong
8.         sel buatan yang ditumbuhkan di jaringan atau sel
9.         hibridisasi di atas
Jika diemater elektrode cukup kecil (atas urutan mikron), elektrofisiolog lebih memilih menyisipkan ujungnya ke sel tunggal.
Banyak pembacaan elektrofisiologi yang mempunyai nama spesifik:
·  Elektromiografi - untuk otot
·  Elektrookulografi - untuk mata

Untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah:
1.  Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah tes diagnostik yang menggunakan ultrasound untuk membuat gambar dari jantung. Pantulan gelombang suara dari jantung direkam oleh sensor elektronik yang ditempatkan di dada. Sebuah komputer memproses informasi untuk menghasilkan gambar bergerak dua atau tiga dimensi yang menunjukkan kondisi katup jantung dan fungsi jantung.

2.  Skintigrafi
Skintigrafi adalah Sebuah tes diagnostik di mana gambar dua dimensi dari sumber radiasi benda diperoleh melalui penggunaan radioisotop. Sebagai contoh, skintigrafi dari sistem bilier (cholescintigraphy) dilakukan untuk mendiagnosis gangguan pada saluran empedu oleh batu empedu, sebuah tumor , atau masalah lain; penyakit kandung empedu, dan kebocoran empedu. Untuk cholescintigraphy, bahan kimia radioaktif disuntikan secara intravena ke pasien. Kimia akan dihapus dari darah oleh hati dan disekresikan ke dalam empedu yang hati dibuatnya. Kimia kemudian pergi mana-mana bahwa empedu pepatah: ke dalam saluran empedu, kandung empedu, dan usus. Dengan menempatkan diatas perut kamera yang indera radioaktivitas, gambar hati, saluran empedu, dan kantong empedu dapat diperoleh yang sesuai dengan lokasi radioaktivitas.

3.  Kateterisasi Jantung dan Angiografi
Kateterisasi jantung adalah suatu tindakan minimal invasif dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah ke dalam jantung dan pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung. Tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk diagnosis dan sekaligus untuk tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan. Ada dua  jenis kateterisasi yaitu :
o    Kateterisasi koroner  : kateterisasi  yang ditujukan untuk memeriksa pembuluh koroner yang memperdarahi jantung.
o    Kateterisasi penyadapan jantung : kateterisasi yang ditujukan untuk memeriksa tekanan dan kandungan oksigen (saturasi) dalam ruang-ruang jantung.
Proses/Prosedur Kateterisasi
Tindakan kateterisasi pada umumnya hanya menggunakan anastesi lokal di daerah kulit. Pasien akan tetap sadar dan berkomunikasi selama prosedur berlangsung. Anastesi lokal bisa diberikan di daerah pergelangan tangan (a. radialis) ataupun melalui pangkal paha (a. femoralis). Setelah anastesi lokal, dilakukan pemasangan selongsong (sheath) pada pembuluh darah di tangan atau kaki, agar kateter dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Dengan kateter khusus akan dimasukkan sampai ke jantung ataupun pembuluh koroner jantung, dan pasien tidak akan merasakan sakit. Setelah sampai pada pembuluh koroner jantung, maka zat kontras akan diinjeksikan ke dalam koroner jantung dan dilihat dengan menggunakan fluroskopi sinar x-ray. Tabung x-ray ini dapat dirubah pada berbagai posisi sehingga memberikan gambaran yang baik mengenai pembuluh koroner jantung.
Sedangkan untuk kateterisasi penyadapan jantung, kateter akan dimasukkan ke dalam ruang-ruang jantung seperti atrium, ventrikel, arteri pulmonal, aorta dan vena kava superior dan inferior untuk mendapatkan gambaran tekanan dan kandungan oksigen (saturasi) di masing-masing ruang jantung. Zat kontras juga dapat disuntikkan ke dalam ruangan jantung, yang dilihat dengan fluroskopi sinar x-ray, untuk mendapatkan gambaran anatomi dan aliran darah dari ruang jantung tersebut. Tindakan ini biasanya dilakukan pada pasien-pasien dengan kelainan jantung bawaan, sehingga didapatkan informasi yang bermanfaat untuk tindakan selanjutnya (seperti operasi) pada pasien.
Risiko kateterisasi jantung
Risiko tindakan kateterisasi jantung sangatlah kecil, biasanya pemeriksaan kateterisasi berlangsung tanpa masalah. Risiko minor yang bersifat sementara berupa  luka  memar akibat suntikan jarum, reaksi sensitif/kepekaan pada zat kontras, ataupun gangguan irama jantung. Namun komplikasi yang lebih serius seperti terjadinya serangan jantung atau stroke, perdarahan akibat robekan pembuluh darah besar, tamponade pernah dilaporkan meskipun sangatlah jarang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan kateterisasi jantung adalah tindakan yang aman.

RESPIRASI

Untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi:
1.  Pemeriksaan Fungsi Paru
Uji fungsional paru meliputi pengukuran volume paru, fungsi ventilatory, mekanisme pernapasan, difusi, dan pertukaran gas. Tes ini bergun sebagai uji skreening.
Uji fungsi paru berguna untuk membedakan antara penyakit paru obstruktif dan restriktif, serta untuk mengukur tingkat (ringan, sedang atau berat) gangguan paru obstruktif atau restriktif
Pada pengujian fisiologi paru, paru dipantau dengan menggunakan banyak peralatan dan alat uji yang kompleks. Peralatan yang paling dasar digunakan adalah spirometer. Alat tersebut digunakan untuk mengukur aliran, volume dan kapasitas paru.
Tergantung pada masing-masing uji paru masalah klinis
Penyakit obstruktif: emfisema, bronkitis, bronkietasis, bronkospasme, sekresi bronkial, inflamasi saluran nafas yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, asma.
Penyakit restriktif: fibrosis paru, pneumonia, tumor paru, penyakit neromuskular, trauma dada, obesitas, skleroderma, edema paru, pembedahan pengangkatan jaringan paru, insisi abdominal bagian atas.

2.  Pemeriksaan Gas Darah Arteri (BGA)
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).
Persiapan Alat :
1.      Disposibel 2, 5 CC
2.      Botol Infus
3.      Betadine
4.      Kapas
5.      Karet penutup
6.      Heparin Cair
7.      Blanko Pemeriksaan
8.      Duk Pengalas
Petunjuk Pengambilan :
1.  Lokasi pengambilan sampel :
Ø  Arteri Radialis
Ø  Arteri Brachialis
Ø  Arteri Inguinalis
Ø  Arteri Dorsalis Pedis
2.  Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
3.  Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu tubuh pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen catat jumlah O2 yang digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis permintaan.
Tekhnik Pengambilan :
1)      Bentangkan duk pengalas.
2)      Letakkan botol infus
3)      Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan sendi melipat kebelakang.
4)      Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin hanya membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam disposible, kecuali yang ada didalam jarum.
5)      Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
6)      Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7)      Desinfeksi daerah tersebut
8)      Desinfeksi kedua jari
9)      Pegang disposible seperti memegang pensil.
10)  Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah didesinfeksi
11)  Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45 drajat mengarah ke jantung.
12)  Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan diaspirasi.
13)  Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14)  Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama 5 menit.
15)  Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.
INTERPRESTASI HASIL YANG DI PEROLEH :
Yang terutama diperhatikan adalah :
Ph Darah  : 7,35 – 7,45
Pco2         : 35 – 45
BE            : -2  – +2
PO2          : 80 – 104 mmHg
Saturasi     : Saturasi 97 – 98 %
 Hco3 -         :   21 – 25
Nilai rujukan
pH: 7,35-7,45; PaCO2: 35-45 mm Hg; PaCO2: 75-100 mmHg; SaO2: >95%; SvO2: >70%; HCO3: 24-28 mEq/l; kelebihan basa (base excess): +2 sampai -2 mEq/l
PENARIKAN KESIMPULAN DARI HASIL YANG DI PEROLEH
Ø  Jika pH < 7,35, PaCO2 > 45 mm Hg dan HCO3 serta BE normal, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaan asidosis respiratorik.
Ø  Jika pH > 7,45, PaCO2 < 35 mm Hg dan HCO3 serta BE normal, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaan alkalosis respiratorik.
Ø  Jika pH < 7,35, PaCO2 normal, sementara HCO3 dan BE masing-masing < 24 mEq/l dan <-2, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa terjadi pada keadaan asidosis metabolik.
Ø  Jika pH > 7,45, PaCO2 normal, sementara HCO3 dan BE masing-masing > 28 mEq/l dan >+2, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan asam basa mengarah pada keadaaan alkalosis metabolik

3.  Oksimetri
Cacat jantung bawaan menjadi faktor penyulit bagi kehidupan di masa awal seorang bayi apabila tidak diketahui dengan cepat. Apalagi bagi daerah dengan keterbatasan perangkat pemeriksa kesehatan, tentu menjadikan masalah untuk deteksi cacat jantung bawaan. Salah satu upayanya adalah dengan memanfaatkan alat yang ada. Misalnya oksimetri.
Oksimetri  atau pulse oximetri adalah sebuah tes yang cepat dan non invansif untuk mengukur kadar oksigen dalam darah bayi baru lahir. Alat ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengetahui cacat jantung bawaan. Pemeriksaan ini lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan ultrasound (USG) di mid-trimester atau pemeriksaan rutin setelah bayi lahir.
Para peneliti melaporkan dalam jurnal Lancet, bahwa oksimetri seharusnya menjadi prosedur yang harus dilakukan pada semua bayi yang baru lahir. Sensor akan ditempatkan pada tangan atau kaki bayi dan dapat memberikan hasil cepat serta tidak mahal.
Di negara berkembang, cacat jantung bawaan menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi. Banyak bayi dengan masalah jantung meninggalkan rumah sakit tanpa terdiagnosa dengan tepat, artinya membiarkan si bayi pada risiko komplikasi dan kematian.
Dari sebuah studi yang memeriksa 20 ribu bayi sehat di enam RS Bersalin, dilakukan skrining oksimetri sebelum meninggalkan RS. Data ini kemudian dilanjutkan hingga satu tahun dan teridenfikasi sebesar 75% semua kasus kelainan jantung kritis dan 49% dari semua kelaianan cacat jantung bawaan bertipe mayor. Tingkat deteksi dari oksimetri, setelah 35 subjek yang dinyatakan menderita kelainan dengan tes antenatal dikeluarkan dari kriteria, ditemukan bahwa 58 % adalah kasus kritis dan sebanyak 28 % adalah tipe kasus major.

Untuk memvisualisasi struktur sistem pernapasan:
1.  Pemeriksaan Sinar X Dada
Toraks merupakan tempat yang ideal untuk pemeriksaan radiologi. Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X, karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat bersinar-sinar. Jaringan lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar serta diafragma lebih sukar ditembus sinar X dibandingkan parenkim paru sehingga bagian ini akan tampak lebih padat pada radiogram. Struktur toraks yang bertulang (termasuk iga, sternum dan vertebra) lebih sulit lagi ditembus, sehingga bayangannya lebih padat lagi. Metode radiografi yang biasa digunakan untuk menentukan penyakit paru adalah:
a.    Radiografi Dada Rutin
Dilakukan pada suatu jarak standar setelah inspirasi maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diafragma. Radiografi diambil dengan sudut pandang posteroanterior dan kadang juga diambil dari sudut pandang lateral dan melintang.
Radiograf yang dihasilkan memberikan informasi sebagai berikut:
o    Status rangka toraks termasuk iga, pleura dan kontur diafragma dan saluran napas atas pada waktu memasuki dada.
o    Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, kelenjar limfe dan percabangan bronkus.
o    Tekstur dan derajat aerasi parenkim paru.
o    Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis dan daerah konsolidasi.
b.  Tomografi computer (CT Scan)
Yaitu suatu teknik gambaran dari suatu “irisan paru” yang diambil sedemikian rupa sehingga dapat diberikan gambaran yang cukup rinci. CT scan dipadukan dengan radiograf dada rutin. CT scan berperan penting dalam :
o  Mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama brronkus.
o  Menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus, tumor, struktur vaskular).
o   Dapat mengungkapkan sifat serta derajat kelaianan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lain.
o   CT scan bersifat tidak invasif sehingga CT scan mediastinum sering digunakan untuk menilai ukuran nodus limfe mediastinum dan stadium kanker paru, walaupun tidak seakurat bila menggunakan mediastisnokopi.


2.  Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru. Dalam perkembangannya, bronkoskop dibagi atas bronkoskop rigid dan bronkoskop fleksibel. Bronkoskop rigid (kaku) diperkenalkan oleh Gustav Killian (1860-1921) dan Joseph P. O'Dwyer (1841-1894). Bronkoskop fleksibel, yang saat ini banyak dipergunakan menggunakan serat optik, sehingga memberikan kemudahan visualisasi bronkus perifer. Bronkoskop fleksibel mulai diperkenalkan oleh Shigeto Ikeda, pada International Congress on Diseases of the Chest ke 9 di Kopenhagen tahun 1966.
Indikasi pemeriksaan bronkoskopi adalah: batuk darah (hemoptysis), batuk kronik, mengi (wheezing), kecurigaan keganasan, evaluasi pembedahan.
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring, trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat optik fleksibel yang disebut dengan bronkofibroskop.
Melalui bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk pemeriksaan sitologi.
Tujuan Bronkoskopi
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan spesimen.
Indikasi Bronkoskopi:
1.      Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
2.      Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
3.      Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
4.      Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
5.      Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.
Prosedur Tindakan Bronkoskopi:
1.      Persetujuan Tindakan.
2.      Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
3.      Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
4.      Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
5.      Periksa dan catat tanda-tanda vital.
6.      Premedikasi.
7.      Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi. Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan melalui mulut atau hidung.
8.      Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
9.      Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
Intervensi Keperawatan Pasca Pemeriksaan Bronkoskopi:
1.      Kenali Komplikasi yang dapat terjadi setelah bronkoskopi, misal edema laring, bronkospasme dan perdarahan.
2.      Pantau tanda-tanda vital, terutama observasi Tekanan Darah.
3.      Kaji tanda dan gejala susah bernafas.Seperti, dispnea,bersin dan suara nafas menurun.
4.      Anjurkan klien untuk tidak merokok selama 6-8 jam. Merokok dapat menyebabkan batuk dan perdarahan, khususnya setelah biopsi.

3.  Pemindaian Paru
Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan pemindaian inhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru, suplai vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.
Pemindaian Paru Perfusi
Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif (teknetium) kedalam vena perifer dan kemudian dada dan tubuh lainnya dipindai untuk mendeteksi radiasi. Prosedur ini digunakan secara klinis untuk mengukur integritas pembuluh pulmonal relatif terhadap tekanan darah dan untuk mengevaluasi abnormalitas aliran darah sepeerti yang terjadi pada emboli.
Pemindiain Ventilasi
Dilakukan setelah pemindaian perfusi.mpasien melakukan napas dalam untuk menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon, kripton), yang bedifusi keseluruh paru. Pemindaian dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas paru terutam bronkitis, asma, fibrosis inflamatorik, pneumonia, empisema, dan kanker paru.
Pemindaian Inhalasi
Dilakukan dengan memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator tekanan posistif. Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam memvisualisasi trakea dan jalan napas besar.

Untuk menentukan sel – sel abnormal atau infeksi dalam saluran pernapasan:
1.  Kultur Tenggorok
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit.Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.

2.  Spesimen Sputum
Saliva dimulut, disebut ludah. Orang yang sehat tidak memproduksi sputum. Sputum adalah sekresi mukus dari paru, bronkus, dan trakea. Perlu dibedakan dari saliva, cairan bening yang disekresikan oleh kelenjar Spesimen sputum diambil untuk pemeriksaan kultur sensitvitas guna mengidentifikasi mikroorganisme tertentu dan sensitivita terhadap obat tertentu. Spesimen sputum pagi hari diperiksa untuk mengidentifikasi kanker paru – paru dan tipe sel khususnya. Pemeriksaan untuk menentukan adanya bakteri tahan asam (BTA) juga memerlukan pengumpulan spesimen sputumselama tiga hari berturut- turut untuk mengidentifikasia danya TBC pada saat bangun tidur.
a.  Prosedur pengambilan
Perlengkapan
·         Wadah spesimen steril dengan penutup
·         Sarung tangan
·         Desinfektan
·         Tissue
·         Label terlengkap
·         Slip permintaan laboratorium
·         Obat kumur
Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
Pelaksanaan
·         Jelaskan apa yang anda lakukan
·         Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva
·         Jangan menyentuh bagian wadah dalam spesimen
·         Keluarkan sputum ke wadahnya
·         Jumlah sputum yang diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml)
·         Cuci tangan
·         Berikan privasi
·         Berikan bantuan  jika diperlukan untuk mengumpulkan spesimen
·         Bantu klien posisi duduk
b.  Hal – hal yang diperlukan dalam pengambilan spesimen sputum
Penyimpanan:  
·         Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang
·         Penyimpanan pada pot steril berpenutup
Pengiriman:
·         Pengiriman < 2 jam pada suhu ruang
·         Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport (Amies medium, Stuart’s medium)

3.  Pemeriksaan Kulit
Para peneliti dari Mount Sinai Medical Center menekankan bahwa kunjungan rutin ke dermatologis atau dokter kulit sama pentingnya dengan kunjungan rutin ke dokter gigi. Pemeriksaan kulit secara rutin dapat memberikan petunjuk tentang apa yang terjadi di luar dan di dalam tubuh kita.
Kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang banyak dialami orang. Walaupun begitu, kanker kulit juga termasuk jenis kanker yang paling mudah dicegah perkembangannya.
Dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Kulit dan Hari Melanoma tanggal 7 Mei ini, para ahli mengingatkan kembali panduan pencegahan kanker kulit:
1.  Gunakan sunblock.
Paparan sinar UV paling banyak diterima pada usia antara 19 sampai 40 tahun. Pada usia produktif ini, penting sekali penggunaan sunblock untuk melindungi kulit baik bagi pria maupun wanita. Sunblock harus dioleskan secara rutin ke bagian tubuh yang terbuka dan sering terpapar sinar matahari, termasuk di sekitar mata, bibir, daun telinga, termasuk kaki apabila sering menggunakan sendal. Dokter kulit dapat memberikan rekomendasi untuk jenis sunblock yang dapat digunakan oleh bayi maupun bagian kulit yang sensitif seperti wajah ataupun kelopak mata.
2.  Jangan berjemur di bawah sinar matahari.
Kebiasaan ini mungkin lebih banyak dilakukan oleh orang Eropa yang berkulit putih. Sekarang para ahli kulit sedang gencar untuk meyakinkan masyarakat bahwa bahaya menggelapkan kulit lebih besar daripada manfaatnya.
3.  Periksa kulit Anda sendiri tiap bulannya.
Perhatikan bercak-bercak pigmentasi seperti tahi lalat dan bintik-bintik cokelat yang ada pada permukaan kulit Anda. Apabila becak pigmentasi ini muncul cukup banyak, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter kulit. Dokter kulit mungkin akan melakukan observasi terhadap bercak pigmentasi ini dari waktu ke waktu untuk memantau apabila ada kecenderungan terjadinya keganasan.
4.  Ikuti panduan ABCDE.
Perhatikan apabila tahi lalat Anda memiliki tampilan seperti berikut ini:
Asymmetry, bentuknya tidak simetris.
Border irregularity, batas atau pinggiran tahi lalat tidak teratur.
Color variation, ada tahi lalat dengan warna yang lebih berbeda misalnya agak kebiruan.
Diameter, ukuran diameternya sebesar diameter pensil atau bahkan lebih besar.
Elevation, tahi lalat tumbuh menonjol. Tahi lalat dengan tampilan seperti di atas harus segera dikonsultasikan kepada dokter kulit.
Untuk melindungi kulit Anda, pilihlah produk sunblock yang memberikan perlindungan spektrum luas. Yaitu dapat melindungi dari paparan UVA dan  UVB. Tingkat perlindungan suatu sunblock dapat dilihat dari nilai sun-protection factor (SPF). Apabila Anda banyak menghabiskan waktu di luar ruangan, pilihlah sunblock yang memiliki SPF 30. Produk sunblock dengan nilai SPF di bawah 30 hanya dapat mencegah kulit terbakar sinar matahari, bukan untuk mencegah kanker kulit ataupun penuaan kulit. SPF 30 maksudnya paparan sinar UV selama 30 menit pada kulit yang dilindungi sunblock jumlahnya sama dengan jumlah paparan sinar UV selama 1 menit pada kulit yang tidak menggunakan sunblock.

4.  Torasentesis
Torasentesis adalah tindakan mengaspirasi cairan pleural atau udara, dilakukan untuk menghilangkan tekanan, nyeri atau dispnea.
TUJUAN PEMERIKSAAN
1.      Sebagai terapi : menghilangkan akumulasi cairan atau udara pleural yang menyebabkan kompresi paru dan kegawatan pernafasan.
2.      Sebagai tindakan pemeriksaan diagnostik : Pemeriksaan cairan pleural terhadap berat jenis, glukosa, protein, pH, pemeriksaan kultur atau sensitivitas, serta pemeriksaan sitologi.
TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Klien memahami prosedur, mengontrol ansietas klien, klien dapat menjalani prosedur tanpa efek yang tidak diinginkan.
Persiapan Alat :
1.      Surat ijin tindakan (informed concent).
2.      Spuit 5 ml, 20 ml, dan 50 ml.
3.      Jarum No. 22, 26, dan 16.
4.      Katup dua/tiga jalur (stopcock).
5.      Selang karet.
6.      Jarum biopsi.
7.      Cairan antiseptik.
8.      Anestesi lokal.
9.      Kasa steril.
10.  Hanscoen steril.
11.  Duk steril.
12.  Handuk.
Persiapan Klien :
1.      Menjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya arteriogram.
2.      Meminta klien untuk menandatangani informed concent.
3.      Membantu klien untuk membuka pakaian / memajankan bagian tubuh atas.
4.      Menjaga kebutuhan privacy klien.
IMPLEMENTASI
1.      Mencuci tangan.
2.      Membantu klien mengatur posisi yang sesuai untuk tindakan thorasentesis.
3.      Menyiapkan alat didekat klien, buka dengan teknok steril.
4.      Mengatur ketrerangan pencahayaan, gunakan lampu tindakan bila perlu.
5.      Selama dokter melakukan prosedur, mem berikan dukungan emosional dan fisik pada klien dan siapkan klien terhadap hal-hal yang akan terjadi :
a.       Klien akan merasa dingin akibat anestetik.
b.      Menganjurkan klien untuk benar-benar tidak bergerak, dan tidak batuk.
c.       Memberitahuykan kepada klien saat anestesi lokalnya  akan disuntikkan.
6.      Memberikan tekanan pada area punksi dan memberikan balutan steril setelah prosedur selesai.
7.      Membantu klien untuk kembali pada posisi semula.
8.      Memastikan kepada dokter apakah diperlukan pemeriksaan rontgen kembali.
9.      Merapihkan alat.
10.  Mencuci tangan.
EVALUASI
1.      Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama,  dan sesudah prosedur.
2.      Mengevaluasi adanya keluhan pening, rasa sesak didada, batuk, sputum dengan bercampur serat darah, takikardi, dan sianosis.
3.      Mengevaluasi karakteristik cairan yang keluar : jumlah, konsistensi, dan warnanya.
4.      Mengobservasi tanda-tanda vital pasca prosedur secara periodik.
DOKUMENTASI
1.      Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur.
2.      Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama,  dan sesudah prosedur.
3.      Mencatat bila ada keluhan pening, rasa sesak didada, batuk, sputum dengan bercampur serat darah, takikardi, dan sianosis.
4.      Mencatat karakteristik cairan yang keluar : jumlah, konsistensi, dan warnanya.
5.      Mencatat  hasil observasi tanda-tanda vital pasca prosedur secara periodik.
SIKAP
1.      Sistematis.
2.      Hati-hati.
3.      Berkomunikasi.
4.      Mandiri.
5.      Teliti.
6.      Tanggap terhadap respon klien.
7.      Rapih.
8.      Menjaga privacy.
9.      Sopan.

UROLOGI

Pemeriksaaan urine:
a.  Spesimen acak
Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.

b.  Spesimen midstream atau pengeluaran bersih
Tujuan
  • Untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi urin. Gejala-gejala biasa dari infeksi urin adalah nyeri ketika Anda buang air kecil, dan lewat air seni sering. Namun, gejala tidak selalu khas, terutama pada anak dan orang tua, dan tes urine diperlukan.
  • Untuk menentukan antibiotik terbaik untuk digunakan. Beberapa bakteri (kuman) yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Jika tes menunjukkan bahwa bakteri dalam urin maka bakteri tersebut diuji terhadap berbagai antibiotik. Ini menemukan antibiotik yang akan membunuh bakteri dalam urin.
cara melakukan spesimen pertengahan aliran urin
Tujuannya adalah untuk mendapatkan spesimen (contoh) air seni dari tengah kandung kemih Anda. Urine biasanya steril (tidak ada bakteri sekarang). Jika bakteri ditemukan dalam sampel, berarti urin terinfeksi. Sampel 'pertengahan sungai' adalah yang terbaik karena bit pertama dari urin yang Anda lulus mungkin terkontaminasi dengan bakteri dari kulit.
Wanita - terus membuka labia Anda (pintu masuk ke vagina). Pria - menarik kembali kulup Anda. Buang air kecil beberapa ke toilet. Lalu, tanpa menghentikan aliran urin, urin menangkap beberapa dalam botol steril. (Botol ini biasanya diberikan oleh dokter atau perawat.) Setelah Anda memiliki air seni yang cukup dalam botol, menghabisi melewati sisa urin Anda ke toilet.
Jangan membuka botol steril sampai Anda siap untuk mengambil sampel. Anda tidak perlu mengisi botol ke atas, sejumlah kecil akan dilakukan. (Beberapa botol spesimen mengandung pengawet Jika hal ini terjadi, suatu tanda pada botol akan menunjukkan jumlah ideal urin.. Namun, jika itu sulit, dengan jumlah yang lebih baik daripada tidak.) Semakin cepat sampel diberikan dalam untuk dokter bedah, atau ke 'laboratorium', semakin baik. Dalam waktu dua jam adalah yang terbaik. Jika itu tidak mungkin, menempatkan sampel dalam lemari es sampai Anda bawa ke dokter atau 'laboratorium'. Hasil dari sebuah MSU membutuhkan waktu 2-3 hari.
Urine spesimen dan anak-anak
Tidak mudah untuk mendapatkan MSU murni pada anak-anak dan bayi. Metode berikut mendapatkan sampel yang baik seperti mungkin.
Anak-anak muda
Cara biasa adalah untuk menangkap urin beberapa di sementara botol spesimen di 'aliran penuh. Hanya siap dengan botol terbuka sebagai anak lewat urin. (Hati-hati untuk tidak menyentuh tepi terbuka botol dengan jari-jari Anda karena dapat mencemari spesimen dengan bakteri dari jari-jari Anda.)
Bayi
Salah satu metode adalah untuk menempatkan pad penyerap khusus dalam popok. Urine tersedot ke jarum suntik dari pad basah. Metode lain adalah dengan menggunakan kantong plastik yang menempel ke kulit dan mengumpulkan urin. Jika tidak ada pad atau kantong plastik yang tersedia, berikut ini mungkin berhasil. Ambil popok off sekitar satu jam setelah feed. Tekan lembut dengan jari (sekitar sekali per detik) tepat di atas tulang kemaluan. (Ini adalah tulang di bagian bawah perut bagian atas alat kelamin.) Memiliki siap botol terbuka. Cukup sering, dalam waktu sekitar lima menit, bayi akan buang air kecil. Coba dan menZangkap beberapa di dalam botol.

c.  Spesimen Steril
Steril adalah kata sifat yang berarti:
  • Bebas dari kuman atau mikroorganisme hidup
  • Tak mampu menghasilkan keturunan, tidak menghasilkan keturunan, infertil.

d.  Spesimen Urine pada waktu tertentu
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
·         mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
·         menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
·         menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon tertentu).
Hal yang perlu dilakukan perawat:
·         Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
·         beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
·         setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera masukan dalam wadah yang lebih besar
·         setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
·         perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
·         wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

e.  Reduksi Urine
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Caranya yang tidak spesifik menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya reagen yang dapat dipakai untuk mnyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Glukosuria dapat dibuktikan dngan cara spesifik menggunakan enzim glukosa oxidase.
Pemeriksaan Glukosa Urine
a.  Metode Fehling
Tujuan:
Untuk mengetahui adanya gula dalam urine
Prinsip:
Dengan pemanasan urine dalam suasana alkali, glukosa akan mereduksi cupri sulfat menjadi cupro oksida. Pengendapan cuprihidroksida dicegah dengan penambahan kalium natrium tartrate.
Alat dan Reagensia
            Alat     :
                        1.      Tabung reaksi
                        2.      Penjepit tabung reaksi
                        3.      Api spirtus
Reagensia :
                        1.      Fehling A
                        2.      Fehling B
Prosedur kerja
1.             Campurkan 2 ml Fehling A dan 2 ml Fehling B, kocok sampai rata kemudian panaskan sampai mendidih.
2.             Dimasukkan urine 1 ml  dalam dalam tabung tersebut, homogenkan
3.             Rebus di atas api sampai mendidih
4.             Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi
Tahap terminasi
1.            Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.            Cuci tangan
Metode Benedict
Tujuan       :
Untuk mengetahui adanya gula dalam urine
Prinsip       :
Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalm bentuk CuO dan Cu2O.
Alat dan Reagensia
1.             Tabung reaksi
2.             Penjepit tabung reaksi
3.             Api spirtus
4.             Sampel urine
5.             Benedict
Prosedur kerja
1.      Masukkan 5 ml benedictdalam tabung reaksi.
2.      Teteskan 5 – 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut.
3.      Rebus di atas api sampai mendidih
4.      Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi
Interpretasi hasil Reduksi urine
(-)              : Tetap Biru, biru kehijauan
(+1)           : hijau  kuning – kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 %  glukosa)
(+2)           : kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
(+3)           : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5 % glukosa).
(+4)           : merah bata(lebih dari 3,5 % glukosa).
Tahap terminasi
1.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.      Cuci tangan


ORGAN REPRODUKSI

1.  HCG
TUJUAN :
-          Untuk mengukur kadar hCG (Human Chorionic Gonadotropin)  Hormon di dalam urin manusisa
-          Deteksi dini kehamilan
-          Test mandiri tipe cassette
DASAR :
-          Azas : β HCG dalam urin wanita hamil (sebagai Ag) bereaksi terhadap Ab anti HCG yang berasal dari kelinci yang disensitasi dengan HCG & dilakukan kompetisi antara latex yang diselubungi dengan HCG serta β HCG dalam urin.
-          Bila terjadi penggumpalan (aglutinasi) berarti urin tidak mengandung β HCG.
-          Sensitivitas tes berkisar 2-3 unit β HCG /ml urin.
-          Umumnya hasil tes negatif palsu pada awal kehamilan (<10 hr) dari saat haid terlambat karena kadar β HCG masih rendah.
Hasil tes positif tetapi bukan kehamilan :
1.                Mola hydatidosa
2.                Choriocarcinoma
3.                Tumor testis
ALAT DAN BAHAN
Kit  terdiri atas:
1.    Kontrol Positif : 1000 mIU/ml hCG
2.    Kontrol Negatif
3.    Latex Reagent: 50/100 slide
4.    Pipet – stirer
Spesimen:
1.    Urin tanpa pengawet dan bersih didalam wadah yang steril
2.    Apabila urin berkabut sebaiknya disentrifus
3.    Urin dapat disimpan selama 72 jam sebelum diperiksa pada suhu 2- 8°C
CARA KERJA
1.    Siapkan spesimen dan Reagent dan biarkan pada suhu ruangan 37° C sebelum digunakan
2.    Campurkan keduanya pada latex reagent untuk membuat suspensi pada partikel lateks
3.    Kocok dan disuspensikan pada Pregnancy latex reagent, tambahkan 1 tetes menggunakan  1vial dropper (40ul) untuk setiap lingkaran pada aglutination slide
4.    Teteskan 1 tetes Kontrol Negatif ke dalam lingkaran agglutination slide
5.    Teteskan 1 tetes Kontrol Positif ke dalam lingkaran agglutination slide
6.    dengan memakai pipet-stirer teteskan spesiemn urin pada lingkaran tersebut
7.    aduk secara merata pada area lingkaran tersebut (agglutination slide)


PENCERNAAN

1.  Endoskopi
Endoskopi adalah suatu prosedur yang aman dan menguntungkan yang telah menyelamatkan nyawa banyak orang. Sebagian besar pasien mentolerir prosedur endoskopi sangat baik dan merasa baik-baik saja nantinya.
Gastrointestinal endoskopi adalah prosedur yang memungkinkan spesialis pencernaan untuk melihat lapisan dalam saluran pencernaan. The endoskopi gastrointestinal menawarkan akses ke saluran pencernaan yang meliputi seluruh usus kecil, saluran empedu, usus, duodenum, perut, dan kerongkongan. Berdasarkan organ-organ yang spesialis pencernaan ingin lihat, prosedur GI dapat disebut sebagai endoskopi perut atas atau bawah endoskopi. Endoskopi saluran pencernaan atas (juga dikenal sebagai EGD) membantu dalam melihat kerongkongan, lambung dan duodenum sedangkan endoskopi saluran pencernaan bawah membantu dalam memvisualisasikan usus besar. Biasanya endoskopi pasien masuk melalui anus, tenggorokan, dan uretra atau melalui insisi kecil dibuat di kulit.
Prosedur endoskopi ini dapat dilakukan baik di dasar rawat jalan atau dasar rawat inap. Endoskopi saluran pencernaan membantu dalam mendiagnosis beberapa gangguan GI. Prosedur endoskopi gastrointestinal tidak hanya digunakan untuk diagnosis penyakit saluran pencernaan tetapi juga digunakan untuk masalah perawatan GI. Prosedur endoskopik kurang menyakitkan dan umumnya dikaitkan hanya dengan sedikit ketidaknyamanan.
Hanya sedikit masalah endoskopi GI yang bisa membantu untuk mendiagnosis atau menyelidiki adalah
·            Infeksi saluran kemih
·            Perdarahan Internal gastrointestinal
·            Ulkus gastrointestinal
·            sindrom iritasi usus (IBS)
·            Masalah Usus Besar
·            Diare kronis
Jenis prosedur endoskopi
Ada berbagai jenis prosedur endoskopik yang terlibat dalam pemeriksaan organ yang berbeda atau sistem. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut -
1.         Kolposkopi
2.         Bronkoskopi
3.         Kapsul Endoskopi
4.         Laparoskopi
5.         Double Balloon Enteroskopi
6.         Fetoskopi
7.         Kolonoskopi
8.         Fleksibel Sigmoidoskopi
9.         Endoskopik mundur cholangio-pankreatografi
10.     Arthroskopi
11.     Amnioskopi
12.     Endoskopi gastrointestinal Atas (OCD)
13.     Proctoskopi
14.     Rhinoskopi
15.     Thorakoskopi
Persiapan
Pasien menjalani prosedur pencernaan  ini tidak boleh makan atau minum apa pun dalam delapan sampai sepuluh jam dari prosedur ini. Dalam hal  ini jika ada makanan di perut, makanan akan menghalangi pandangan melalui endoskopi, dan bisa menyebabkan muntah.
Prosedur
Prosedur endoskopi biasanya berlangsung antara 5 sampai 10 menit. Selama prosedur ini, pasien diminta untuk berbaring di sisi kiri. Selama prosedur endoskopi, pasien berada di bawah anestesi pendek. Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan endoskop. endoskop adalah tabung fleksibel dengan sistem pengiriman cahaya yang menerangi saluran tersebut. Lebih lanjut memiliki sistem lensa yang menyampaikan gambar dari fiberscope dan menampilkan gambar di TV warna. endoskop ini diturunkan kerongkongan, ke perut dan ke dalam usus. endoskopi yang gagal dapat mengganggu pernapasan. Selama prosedur, pengambilan napas lambat dan dalam dapat membantu pasien rileks.
Sebuah endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien memakan kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul bergerak melalui saluran pencernaan. Kapsul keluar dari tubuh pasien melalui gerakan usus.
Komplikasi mungkin terdiri dari:
·            Perforasi gastrointestinal,
·            Pendarahan dan
·            Infeksi.

HEMATOLOGI

1.  Darah Lengkap

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu:
1.         Hemoglobin
2.         Hematokrit
3.         Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4.         Trombosit (platelet)
5.         Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6.         Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7.         Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8.         Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9.         Platelet Disribution Width (PDW)
10.     Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

IMUNOLOGI

1.  Leukosit
Leukosit merupakan nama lain untuk sel darah putih. Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.
Leukosit mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit.
Bentuknya bervairasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung.
Gerakannya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Berdasarkan ada/tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi menjadi:
1.  Leukosit bergranula (granulosit)
a)      Neutrofil
Plasmanya bersifat netral, inti selnya berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam. Neutrofil fagositosis terhadap eritrosit (sel darah merah), kuman, dan jaringan mati.
b)      Eosinofil
Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin. Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
c)      Basofil
Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa. Sel darah putih ini akan berjumlah banyak jika terkena infeksi. Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin.
2.  Leukosit tidak bergranula (agranulosit)
a)       Limfosit
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit berfungsi untuk membentuk antibodi.
b)      Monosit
Monosit dapat bergerak seperti Amoeba dan mempunyai inti yang bulat/bulat panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Adakalanya benda asing ataupun mikroba yang tidak dikehendaki memasuki tubuh kita. Jika hal tersebut terjadi tubuh akan menganggap benda yang masuk itu sebagai benda asing atau antigen. Apa yang terjadi pada antigen tersebut?
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing. Akibatnya tubuh melalui sel-sel darah putih (leukosit) memproduksi antibodi untuk menghancurkan antigen tersebut. Glikoprotein yang terdapat di dalam hati kita dapat merupakan antigen bagi orang lain jika glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk kita. Hal tersebut juga berlaku untuk keadaan sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu fagosit dan limfosit. Sel fagosit akan menghancurkan benda asing yang dengan cara menelannya (fagositosis).
Fagosit terdiri atas 2 macam sel, yaitu:
1.         Neutrofil, terdapat di dalam darah.
2.         Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk ke dalam jaringan atau rongga tubuh.
Limfosit terdiri atas:
1.         T limfosit (T Sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar leher).
2.         B limfosit (B sel).
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui kulit dan selaput lendir agar terhindar dari leukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tubuh tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi).
Adanya kemampuan ini dapat mencegah terjadinya serangan virus.

2.  Trombosit
Trombosit merupakan unsur dasar dalam darah yang berperan pada proses koagulasi dengan  melindungi integritas endotel pembuluh darah dan memulai perbaikan jika ada kerusakan dinding pembuluh darah (hemostasis primer). Trombosit berasal dari pecahan sitoplasma megakariosit di sumsum tulang, pematangan dan proliferasi megakariosit dikendalikan trombopoetin, suatu hormon mirip eritropoetin. Ukuran diameter trombosit bervariasi dari 1 sampai  4 µm bahkan kadang lebih besar dimana beredar sekitar 10 hari sebagai sel berbentuk piringan dan tidak berinti. Dalam keadaan normal, sepertiga kompartemen trombosit disekuestrasi di limpa.
Agar terjadi hemostasis primer normal dan trombosit membentuk sumbat inisial, maka jumlah trombosit harus memadai di sirkulasi dan berfungsi normal. Awalnya terjadi adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan reaksi pembebasan trombosit disertai rekrutmen trombosit lain. Uji laboratorium  menilai fungsi trombosit yakni :
  • Hitung Trombosit : Cara paling cepat dan sederhana, tetapi kurang akurat. Jumlah trombosit dapat dihitung secara manual dan elektronik. Harga normal 150.000 sampai 450.000 sel/µL.
  • Agregasi Trombosit : Diukur dengan menimbulkan kontak plasma kaya trombosit dan zat penginduksi agregasi seperti kolagen, epinefrin, antibiotic ristosetin, ADP,dll.
  • Waktu Perdarahan : Uji ini sulit distandarisasi dimana hasilnya berbeda di bagian kulit dan kondisi eksternal yang berbeda, juga tindakan insisi kulit standar yang dilakukan beberapa kali tidak menyenangkan bagi pasien.
  • Retensi Trombosit : Melakukan penghitungan kuantitatif jumlah trombosit yang melekat ke butir-butir kaca dan sekarang sudah jarang dilakukan.
  • Beta-Thromboglobulin dan Faktor Trombosit 4 : Pemeriksaan terhadap produk trombosit seperti beta thromboglobulin, factor 3 dan 4, dan zat antara prostaglandin.

3.  Imunoglobulin (Ig A, Ig G, Ig M, dll)
Kekebalan tubuh (imunitas) adalah suatu zat yang ada didalam tubuh kita sendiri. Alamiahnya biasa disebut antibody. Imun ini berasal dari fungsi organ kita yang lambat laun akan berfungsi sempurna, namun ada masa produksi aktifnya (sesuai pertumbuhan umur). Umumnya pertumbuhan imun ini mencapai klimaksnya pada kisaran usia 35-45 tahun. Setelah itu terjadi degradasi imunitas. Pada umur diatas mulai banyak bermunculan penyakit yang biasanya tidak muncul pada usia produktif. Imunitas ini selayaknya sudah diatur oleh allah swt secara detail, kita tinggal memahami, memaknai dan menjalankan apa yang telah diamanahkan kepada badan kita.
Imunitas ini terdiri dari 5 jenis, yaitu : IgG, IgM, IgE, IgA, IgD. Berikut deskripsinya :
1.    Imunoglobulin A (IgA), yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada selaput lendir, terutama lapisan saluran pernapasan dan saluran pencernaan, serta dalam air liur dan air mata. IgA adalah immunoglobulin paling banyak jumlahnya dalam tubuh, sekitar 75% dari jumlah immunoglobulin didalam tubuh.
2.    Immunoglobulin G (IgG).  Jenis antibodi yang paling melimpah, ditemukan di semua cairan tubuh dan melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus. IgG merupakan 75% dari serum immunoglobulin pada manusia. IgG biasanya ditemukan pada ASI pertama kali keluar. IgG dapat menangkal bakteri pathogen misal : virus, bakteri dan jamur.
3.    Imunoglobulin D (IgD), yang ada dalam jumlah menit dalam darah, adalah antibodi paling sedikit dipahami. Baru-baru ini, IgD ditemukan untuk mengikat basofil dan sel mast dan mengaktifkan sel-sel untuk menghasilkan faktor antimikroba untuk berpartisipasi dalam pertahanan kekebalan tubuh (pernafasan) pada manusia
4.    Imunoglobulin E (IgE), yang berhubungan terutama dengan reaksi alergi (ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap antigen lingkungan seperti serbuk sari atau bulu hewan peliharaan).  Hal ini ditemukan di paru-paru, kulit, dan selaput lendir.
5.    Imunoglobulin M (IgM), yang ditemukan terutama dalam cairan darah dan getah bening, adalah yang pertama harus dibuat oleh tubuh untuk melawan infeksi baru. IgM terutama bertanggung jawab untuk penggumpalan ( aglutinasi ) dari sel darah merah. Paling banyak ditemukan dalam tubuh adalah IgA, IgG dan IgM. Untuk itu, perlu disadari bahwa sebenarnya segala racun dan pembawa penyakit itu tidak akan bisa menjamah tubuh kita kalau sistem pertahanan tubuh kita sedang menguat. berikut yang mempengaruhi sistem pertahanan tubuh :
a.  Faktor kelelahan. ini merupakan faktor yang sangat mudah didatangi oleh penyakit, karena seluruh tubuh kita telah mengeluarkan ATP(tenaga) secara maksimal, untuk itu dapat ditangkal dengan penambahan multivitamin agar tubuh kembali fit.
b.  Faktor anatomi tubuh. tubuh kita sebenarnya sudah dikaruniai oleh ALLAH dengan sebaik2 ciptaannya, semuanya sudah tertata dengan apik, namun terkadang kita malah sering mencela apa yang sudah diberikan-NYA pada kita. so, sering2lah bersyukur ya. disisi lain, faktor anatomi tubuh kita memang berbeda satu sama lain. tidak ada yang sempurna, tapi untuk Ig semuanya lengkap, namun kadarnya saja yang berbeda, kalau ini saran saya ya harus banyak2 berdoa dan hidup sehat supaya menjadi lebih baik dengan itu.
c.  Faktor kebiasaan. faktor ini banyak orang yang sering menyalahartikan kesehatan. pada saat sehat semua makanan dilahap, tidur terlampau larut atau malah tidur melulu dan juga kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol, rokok, narkotik, soda,dll. semuanya bisa berubah seiring perubahan sikap kita yang menyayangi tubuh ini, ingat ya, tubuh ini titipan tuhan, jadi dijaga sampai tubuh ini kembali pada yang memilikinya.
d.  Faktor lingkungan. Ini adalah faktor terakhir yang mempengaruhi sistim imun kita,lingkungan. sehebat-hebatnya kita menjaga yang 3 diatas, namun kalau lingkungan kita jorok bin kotor ya pasti akan mempengaruhi kesehatan kita. so, mulai saat ini bersihkan lingkungan kita dari sampah, genangan air dsb,ok…



















DAFTAR PUSTAKA
diakses tanggal 08 juli 2012 jam 13.50
diakses tanggal 08 juli 2012 jam 14.05
diakses tanggal 08  juli 2012 jam 11.20
diakses tanggal 08  juli 2012 jam 14.03
diakses tanggal 11  juli 2012 jam 20.35
diakses tanggal 12  juli 2012 jam 20.14
diakses tanggal 12  juli 2012 jam 20.19
diakses tanggal 12  juli 2012 jam 20.25
diakses tanggal 13 juli 2012 jam 13.05
diakses tanggal 13 juli 2012 jam 13.09
diakses tanggal 13 juli 2012 jam 13.17
diakses tanggal 13 juli 2012 jam 14.23
diakses tanggal 14 juli 2012 jam 13.13
diakses tanggal 14 juli 2012 jam 19.24
diakses tanggal 14 juli 2012 jam 14.09
diakses tanggal 14 juli 2012 jam 15.07
diakses tanggal 14 juli 2012 jam 19.37
diakses tanggal 15 juli 2012 jam 10.26
diakses tanggal 15 juli 2012  jam 12.49
diakses tanggal 15 juli 2012 jam 12.51
diakses tanggal 15 juli 2012 jam 13.02
diakses tanggal 15 juli 2012 jam 18.45
diakses tanggal 15 juli 2012 jam 18.22
diakses tanggal 15 juli 2012 jam 18.25

1 komentar:

  1. mbak setau ku, Elektroensefalografi (EEG) adalah merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala. EEG mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.kalo elektrokardiograf itu (ECG/EKG). cuma meluruskan saja. terimakasih.

    BalasHapus